“IT PLN berkomitmen untuk terus mendukung penggunaan energi terbarukan sebagai bagian dari pendidikan berkelanjutan. Kami berharap langkah ini dapat menginspirasi institusi pendidikan lain untuk ikut serta dalam upaya pelestarian lingkungan,” kata Iwa.
Budaya
Setelah sektor pendidikan, transisi energi bersih juga menyasar warisan budaya. Di Kota Bengawan, upaya tersebut sudah terlihat pada akhir 2022.
Pura Mangkunegaran menjadi cagar budaya pertama yang memakai Renewable Energy Certificate (REC) dari PLN.
Penguasa Pura Mangkunegaran, KGPAA Mangkunagoro X, menerangkan tujuan penggunaan REC milik PLN ini sebagai bentuk komitmen Istana dalam mendorong masifnya penggunaan energi bersih. Menurutnya, Mangkunegaran sebagai pusat kebudayaan juga ingin berkontribusi dalam isu lingkungan.
“Kenapa kita melakukan ini, karena Mangkunegaran sebagai pusat budaya harus terus berkembang, salah satunya memperhatikan dan menjawab isu yang berkembang selama ini. Melalui penggunaan energi bersih sebagai sumber energi listrik Istana Mangkunegaran turut berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon,” ujar pria yang karib disapa Gusti Bhre itu.
Tambahnya, Pura Mangkunegaran senantiasa ikut aktif dalam pelestarian lingkungan juga akan menanamkan pesan-pesan penggunaan energi bersih berdampingan dengan pesan pelestarian kebudayaan demi menarik simpati masyarakat pada isu lingkungan.
“Ke depan kami berharap akan semakin banyak pihak khususnya dari kalangan anak muda yang peduli dan mendukung gerakan penggunaan energi hijau ini dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari hari. Dan mereka dapat menularkan semangat ini kepada generasi muda lainnya,” tegasnya.
PLN dalam hal ini menyerahkan 20 unit REC atau setara dengan 20 MWh listrik bersih untuk operasional penggunaan listrik di Pura Mangkunegaran. Adapun REC yang diserahkan ke Istana Pura Mangkunegaran ini bersumber dari PLTP Kamojang.
Saat ini pembangkit green energy milik PLN yang terdaftar adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang dengan kapasitas 140 MW, PLTP Lahendong 80 MW dan PLTA Bakaru 130 MW, atau setara 2.500.000 MWh per tahun.
Lingkungan
Transisi energi bersih selanjutnya dari bidang lingkungan. Kota Solo bahkan menjadi proyek strategis PLN untuk menyerap listrik sebesar 5 megawatt (MW) yang dihasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Surakarta yang berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo.
Data Kementerian ESDM, pembangunan PLTSa Surakarta merupakan bagian dari program pemerintah yang menargetkan pengoperasian 12 PLTSa di seluruh Indonesia.
Amanat ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018, tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, untuk mendorong pemanfaatan energi bersih dan terbarukan.
Selain PLTSa Surakarta ini, PLN juga sudah berkontrak dengan 2 PLTSa lainnya. Pertama, PLTSa Benowo di Surabaya sudah COD di bulan Maret tahun lalu. Kedua, PLTSa di Jakarta yaitu PLTSa Sunter juga sedang dalam tahap pemenuhan prasyarat kontrak.
Tidak hanya mampu mengurangi emisi gas rumah kaca, keberadaan PLTSa Surakarta akan memproduksi listrik ramah lingkungan, dan juga mengurangi tumpukan sampah rumah tangga.