TRIBUNNEWS.COM - Laporan World Economic Forum (WEF), Indonesia menempati peringkat ketiga di ASEAN dalam Indeks Transisi Energi tahun 2024 dengan memperoleh total indeks sebesar 56,7.
Target Pemerintah dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) membuat prioritas pengembangan energi bersih atau energi baru terbarukan (EBT) paling sedikit 31 persen pada 2050 dan mencapai target nol emisi karbon tahun 2060.
Hal ini menjadi pelecut semangat para pembangun infrastruktur energi bersih, satu di antaranya PLN sebagai poros terdepan hilirisasi pembangkit listrik tenaga (PLT) EBT, termasuk PLT Surya misalnya.
Untuk mewujudkan target itu, PLN melakukan kolaborasi dengan berbagai stakeholder di berbagai lini dalam penyaluran energi bersih.
Demikian pun telah dilakukan pada level kota, seperti yang telah berlangsung di Kota Solo.
Implementasi penyaluran energi bersih sudah merangkul di bidang pendidikan, budaya hingga lingkungan.
Pendidikan
Dimulai dari sektor pendidikan, transisi energi bersih sudah masuk pada antarlevel sekolah. Yakni SD, SMP, dan SMA.
Pemerintah Kota Surakarta menjadi media penyaluran energi bersih berupa PLT Surya untuk sekolah-sekolah di Solo.
Upaya hemat energi yang digaungkan merangkul beberapa perusahaan swasta, salah satunya dalam kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR).
Sedikitnya ada lima sekolah di Solo yang menerapkan penghematan energi berupa panel surya yang dipasang di atap gedung sekolah. Yakni SD Negeri Kleco 1 dan 2, SMP Negeri 3, SMK Negeri 2 dan 5.
Gibran Rakabuming Raka selaku Wali Kota Solo saat itu mengatakan, adanya panel surya bertujuan untuk membantu produksi energi listrik yang lebih ramah lingkungan serta mendukung proses pembelajaran di sekolah.
Kepala SD N Kleco 1 Praprti Handayani menyebutkan, bantuan CSR berupa panel surya untuk kebutuhan listrik sekolah sangat membantu operasional. Sekolah juga diuntungkan dengan pemasangan panel surya untuk mengurangi polusi udara di sekolah.
“Penggunaan panel surya ini juga bisa menghemat penggunaan listrik. Kalau sehari saja Rp. 3.000, kalau sebulan cukup lumayan. Ini bisa semakin hemat,” ujarnya ditemui pada Kamis (31/10/2024).
Senada, Guru Teknologi Informasi SMP N 3 Solo, Iskandar Panani menyambut baik adanya panel surya untuk mendukung operasional sekolah. Tak hanya ruang kelas, ruang guru bahkan laboratorium komputer juga membutuhkan penyaluran listrik yang tak sedikit jumlahnya pada hari aktif pembelajaran.
“Jadi kalau ada panel surya ini on grid, sangat membantu penghematan energi di sini, sangat bersyukur sekaligus mengenalkan anak murid untuk penyaluran energi bersih dimulai dari lingkungan sekolah,” ucapnya ketika berbincang di sekolah.
Kerja sama ini tidak terbatas hanya untuk penyediaan listrik, tetapi juga Beyond kWh yang meliputi penyediaan instalasi jaringan internet, penggunaan Renewable Energy Certificate (REC) dan Instrumen Berbasis Pasar Energi Terbarukan lainnya, pendayagunaan aset properti, akselerasi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), dan penyediaan saluran pemasaran bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) milik PP Muhammadiyah melalui fitur marketplace pada aplikasi PLN Mobile.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, pihaknya sangat mendukung komitmen PLN dalam upaya memenuhi setiap kebutuhan masyarakat dengan listrik bersih. Hal ini dilihat sebagai bentuk inovasi PLN untuk memitigasi dampak perubahan iklim global.
Haedar menyampaikan optimismenya kerja sama ini akan membuahkan hasil dan manfaat besar bukan hanya bagi PLN dan Muhammadiyah tetapi lebih lebih untuk bangsa dan negara.
“Yang terakhir sebagai langkah yang membawa nilai rahmatan lil alamin kami percaya bahwa PLN dibawah kepemimpinan pak Darmawan juga tentu nanti langkah-langkah berikutnya akan memperoleh anugerah berkah dan rida Allah SWT,” papar Haedar.
Kemudian ada Institut Teknologi (IT) PLN yang menjadi kampus pertama di Jakarta secara penuh menggunakan energi hijau dengan penggunaan Renewable Energy Certificate (REC) dan kehadiran Stasiun Pengisian Kendaraaan Listrik Umum (SPKLU).
Hal tersebut menjadi upaya IT PLN dalam mendukung akselerasi transisi energi di Tanah Air.
Diketahui, REC adalah bentuk nyata PLN dalam mendorong penggunaan energi bersih di berbagai sektor termasuk sektor pendidikan. Penjualan REC ini juga memperkuat posisi PLN dalam mendukung daya saing industri nasional dengan memberikan opsi energi yang ramah lingkungan.
REC merupakan bentuk layanan PLN yang memudahkan pelanggan untuk mendapatkan pengakuan atas penggunaan EBT yang transparan, akuntabel, dan diakui secara internasional. Setiap sertifikat REC membuktikan listrik yang digunakan berasal dari pembangkit EBT.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya, Lasiran menjelaskan, IT PLN tercatat menggunakan energi sebesar 915 Megawatt hour (MWh), yang artinya seluruh konsumsi listrik di kampus IT PLN menggunakan energi hijau yang dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata. Lasiran pun mengapresiasi inisiatif IT PLN dalam mendukung energi terbarukan.
“Langkah IT PLN dalam menggunakan REC adalah Langkah konkret yang patut dicontoh. Hal tersebut sejalan dengan komitmen PLN untuk menghadirkan layanan listrik yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujar Lasiran.
Tidak hanya menggunakaan energi hijau, IT PLN juga telah dilengkapi dengan SPKLU Medium Charging berkapasitas 25 kilowatt (kW). SPKLU ini dioperasikan melalui aplikasi PLN Mobile untuk memudahkan pengguna kendaraan listrik dalam mengisi daya baterai dengan cepat dan efisien.
“Dengan hadirnya SPKLU di IT PLN, jumlah total SPKLU di Jakarta kini mencapai 155 unit, yang tersebar di berbagai lokasi strategis untuk mendukung percepatan ekosistem kendaraan listrik,” tambah Lasiran.
Rektor IT PLN, Iwa Garniwa ikut menegaskan pentingnya keterlibatan institusi pendidikan dalam transisi energi. Dengan penggunaan REC dan fasilitas SPKLU, IT PLN menunjukkan langkah maju dalam mewujudkan kampus yang ramah lingkungan dan berkontribusi pada pengurangan emisi karbon di Jakarta.
“IT PLN berkomitmen untuk terus mendukung penggunaan energi terbarukan sebagai bagian dari pendidikan berkelanjutan. Kami berharap langkah ini dapat menginspirasi institusi pendidikan lain untuk ikut serta dalam upaya pelestarian lingkungan,” kata Iwa.
Budaya
Setelah sektor pendidikan, transisi energi bersih juga menyasar warisan budaya. Di Kota Bengawan, upaya tersebut sudah terlihat pada akhir 2022.
Pura Mangkunegaran menjadi cagar budaya pertama yang memakai Renewable Energy Certificate (REC) dari PLN.
Penguasa Pura Mangkunegaran, KGPAA Mangkunagoro X, menerangkan tujuan penggunaan REC milik PLN ini sebagai bentuk komitmen Istana dalam mendorong masifnya penggunaan energi bersih. Menurutnya, Mangkunegaran sebagai pusat kebudayaan juga ingin berkontribusi dalam isu lingkungan.
“Kenapa kita melakukan ini, karena Mangkunegaran sebagai pusat budaya harus terus berkembang, salah satunya memperhatikan dan menjawab isu yang berkembang selama ini. Melalui penggunaan energi bersih sebagai sumber energi listrik Istana Mangkunegaran turut berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon,” ujar pria yang karib disapa Gusti Bhre itu.
Tambahnya, Pura Mangkunegaran senantiasa ikut aktif dalam pelestarian lingkungan juga akan menanamkan pesan-pesan penggunaan energi bersih berdampingan dengan pesan pelestarian kebudayaan demi menarik simpati masyarakat pada isu lingkungan.
“Ke depan kami berharap akan semakin banyak pihak khususnya dari kalangan anak muda yang peduli dan mendukung gerakan penggunaan energi hijau ini dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari hari. Dan mereka dapat menularkan semangat ini kepada generasi muda lainnya,” tegasnya.
PLN dalam hal ini menyerahkan 20 unit REC atau setara dengan 20 MWh listrik bersih untuk operasional penggunaan listrik di Pura Mangkunegaran. Adapun REC yang diserahkan ke Istana Pura Mangkunegaran ini bersumber dari PLTP Kamojang.
Saat ini pembangkit green energy milik PLN yang terdaftar adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang dengan kapasitas 140 MW, PLTP Lahendong 80 MW dan PLTA Bakaru 130 MW, atau setara 2.500.000 MWh per tahun.
Lingkungan
Transisi energi bersih selanjutnya dari bidang lingkungan. Kota Solo bahkan menjadi proyek strategis PLN untuk menyerap listrik sebesar 5 megawatt (MW) yang dihasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Surakarta yang berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo.
Data Kementerian ESDM, pembangunan PLTSa Surakarta merupakan bagian dari program pemerintah yang menargetkan pengoperasian 12 PLTSa di seluruh Indonesia.
Amanat ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018, tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, untuk mendorong pemanfaatan energi bersih dan terbarukan.
Selain PLTSa Surakarta ini, PLN juga sudah berkontrak dengan 2 PLTSa lainnya. Pertama, PLTSa Benowo di Surabaya sudah COD di bulan Maret tahun lalu. Kedua, PLTSa di Jakarta yaitu PLTSa Sunter juga sedang dalam tahap pemenuhan prasyarat kontrak.
Tidak hanya mampu mengurangi emisi gas rumah kaca, keberadaan PLTSa Surakarta akan memproduksi listrik ramah lingkungan, dan juga mengurangi tumpukan sampah rumah tangga.
Tambahan informasi, PLTSa berkapasitas 5 MW ini menggunakan bahan bakar sampah yang dikelola oleh masyarakat. Memanfaatkan teknologi gasifikasi plasma, sampah rumah tangga yang menjadi masalah lingkungan bisa diolah menjadi bahan baku listrik yang ramah lingkungan.
Meskipun melalui proses pembakaran, penggunaan sampah sebagai bahan energi tidak akan mencemari lingkungan sekitar, karena gas yang dihasilkan dari proses ini bebas dari bahan kimia maupun kandungan lainnya yang berbahaya.
PLN dan pengembang PLTSa Putri Cempo yaitu PT Solo Citra Metro Plasma Power sebelumnya telah menyepakati harga jual beli listrik sebesar 13,35 sen dolar AS per kwh atau setara Rp 1.800 per kWh. Sebagai pembeli, PLN siap menyerap listrik untuk disalurkan ke masyarakat luas.
Gibran kala itu pada awal 2022 menjelaskan, Pemkot Surakarta mampu mengolah 545 ton sampah per hari untuk didistribusikan ke PLTSa ini. Dengan menggunakan incinerator, energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah tersebut untuk menggerakan generator yang kemudian menghasilkan listrik.
Pemkot Solo juga memastikan dukungannya untuk mempercepat selesainya PLTSa ini dari sisi pengadaan lahan.
“Kami memberikan dukungan penuh dari sisi pengadaan lahan sehingga proyek ini bisa segera selesai. Sebab, PLTSa ini juga menjadi pilot project Pemkot agar juga bisa menciptakan lingkungan yang sehat khususnya di wilayah kota Surakarta,” ujar Gibran.
Tak hanya itu, keberadaan proyek ini juga turut mencetak lapangan kerja bagi warga sekitar. Pasalnya, dalam pembangunan konstruksi PLTSa terbesar di Jawa Tengah ini pengerjaannya melibatkan 100 persen tenaga kerja lokal.
Industri Kecil Menengah
Transisi energi bersih di Kota Solo bahkan diprakasi juga oleh Industri Kecil dan Menengah (IKM). Seperti yang telah dilakukan oleh para saudagar batik Kampoeng Batik Laweyan.
Sudah sekitar setahun beberapa pengusaha batik menggunakan panel surya untuk mendukung kampanye hemat energi.
Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, Alpha Febela Priyatmono dihubungi pada Kamis (14/11/2024) menyebutkan, penggunaan panel surya sebagai langkah Kampoeng Batik Laweyan menuju Green Batik.
“Artinya Green Batik adalah proses pembatikan dan operasionalnya merupakan proses ramah lingkungan. Tak hanya kegiatan memproduksi batik itu sendiri, sorum atau toko penjualannya juga kita sulap hemat energi,” jelas dia.
Untuk itu, lanjutnya, panel surya sebagai salah satu motor penggerak kegiatan membatik dipilihnya mengurangi emisi yang dihasilkan. Ia juga ingin memanajemen kebutuhan listrik untuk memisahkan kebutuhan usaha dengan rumah tangga.
“Dengan pakai panel surya sudah ketahuan, kebutuhan listrik untuk kompor listrik memanaskan malam batik, lalu penerangan workshop, sampai listrik sorum sudah terbukti menghemat listrik,” katanya.
Kolaborasi dan Keberlanjutan
Bentuk kolraborasi PLN untuk transisi energi baru saja diimplementasikan dengan komunitas global dalam Conference of the Parties (COP) Ke-29 yang digelar di Baku, Azerbaijan, pada 11-24 November 2024. Langkah ini sebagai upaya PLN mendukung komitmen Indonesia dalam transisi energi berkelanjutan.
Dalam program ini, Indonesia menargetkan penambahan 100 GW kapasitas pembangkit listrik untuk 15 tahun ke depan, dengan 75 persen atau 75 GW berasal dari energi terbarukan, serta mengurangi emisi karbon melalui teknologi Carbon Capture and Storage (CCS).
PLN juga berkolaborasi dengan Tiongkok untuk mengembangkan Transformasi Digital & Demand Creation dalam Indonesia - China Business Forum 2024 pada Minggu (10/11/2024).
Forum ini bertujuan memperkuat hubungan ekonomi, mendorong perdagangan bilateral, dan mempromosikan peluang investasi antara Indonesia dan Tiongkok. Sinergi ini diharapkan dapat memastikan generasi mendatang menikmati kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Adapun PLN mendukung Pemerintah dalam menciptakan ekosistem investasi yang berkelanjutan demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Komitmen ini tercermin melalui salah satu layanan PLN yang mampu menghadirkan listrik berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT) atau Green Energy As a Service (GEAS) guna memenuhi perkembangan kebutuhan industri di Tanah Air.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menegaskan kesiapan PLN untuk mendukung visi Pemerintah dalam menciptakan ekosistem investasi yang berbasis energi bersih. Dalam hal ini, PLN telah memiliki layanan khusus untuk menjawab kebutuhan industri akan suplai listrik bersih yang andal dan terjangkau, dengan salah satu produk andalannya ialah Renewable Energy Certificate (REC).
“Melalui layanan ini, Kami siap mendukung arah investasi yang berkelanjutan yang tengah difokuskan Pemerintah. Langkah ini juga selaras dengan upaya kita untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) di tahun 2060,” tutur Darmawan.
Darmawan memaparkan, pasokan listrik dari layanan GEAS bersumber dari pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT). Sampai saat ini, layanan GEAS telah dinikmati oleh berbagai perusahaan nasional mau pun global di Tanah Air.
“Sejalan dengan tingginya komitmen sektor industri untuk mendukung dekarbonisasi di Indonesia, PLN menyediakan listrik hijau lewat REC yang diakui secara internasional. Setiap sertifikat REC membuktikan bahwa listrik per megawatt hour (MWh) yang digunakan berasal dari pembangkit EBT atau nonfosil,” kata Darmawan.
Hingga September 2024, layanan listrik hijau REC PLN telah dinikmati ribuan pelanggan dengan total 9.776 transaksi yang penjualannya mencapai 4,01 juta Megawatt hours (MWh). Angka ini menunjukkan pertumbuhan signifikan dibanding periode yang sama di tahun 2023 yang mencapai 2.554 transaksi dengan penjualan sebesar 2,33 juta MWh.
Pertumbuhan ini mencerminkan komitmen kuat PLN dalam mendukung transisi energi hijau melalui peningkatan penggunaan sertifikat energi terbarukan di Indonesia.
Darmawan menambahkan, pihaknya akan terus meningkatkan kapasitas energi bersih untuk memenuhi permintaan listrik hijau untuk industri yang semakin tinggi.
”Dalam hal ini kami juga telah berhasil menambah dua pembangkit sebagai sumber REC. Sehingga saat ini kami memiliki 8 pembangkit yang dapat menerbitkan REC dengan kapasitas produksi mencapai 4,7 juta unit REC atau 4,7 TWh per tahun dan jumlah tersebut akan terus bertambah,” jelas Darmawan.
Adapun dua pembangkit sumber REC yang berhasil ditambah PLN tahun ini ialah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu di Nusa Tenggara Timur dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Orya Genyem di Papua.
Dua pembangkit berbasis EBT di atas telah bergabung dengan 6 pembangkit lain yang selama ini telah menyuplai listrik hijau REC PLN yaitu PLTP Ulubelu, PLTA Cirata, PLTP Kamojang, PLTM Lambur, PLTA Bakaru, dan PLTP Lahendong.
(***)