News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Usung Kolaborasi, PLN Dukung Optimalisasi PLTSa Solo Sulap Sampah Jadi Energi Listrik

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gunungan sampah di TPA Putri Cempo, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (12/8/2024)

TRIBUNNEWS.COM – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memberikan dukungan penuh terhadap optimalisasi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo di Solo.

PLTSa Solo kini telah beroperasi sebagai sumber energi listrik alternatif sekaligus solusi permasalahan sampah di Kota Bengawan.

Manager PLN ULP Manahan Surakarta, Joko Purnomo, mengapresiasi kehadiran PLTSa Putri Cempo sebagai langkah pionir dalam memanfaatkan sampah menjadi energi.

“PLTSa Solo menjadi pionir yang bagus, yang mana sampah memang menjadi permasalahan di kota-kota di Indonesia,” ungkap Joko saat ditemui di kantornya, Selasa (13/8/2024) lalu.

Sejak Februari 2024, PLTSa Solo telah memasok listrik ke PLN dengan daya sekitar 1 MW.

PLN juga telah mendukung penyambungan listrik untuk operasional PLTSa menuju target maksimalnya.

“Kami berharap, PLTSa bisa optimal sesuai daya kontraknya yaitu 5 MW yang akan masuk ke PLN dan membantu kelistrikan di Kota Surakarta,” ujar Joko.

Ia juga berharap PLTSa seperti ini dapat dibangun di wilayah lain di Indonesia untuk mengatasi masalah sampah sekaligus mendukung kebutuhan listrik.

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Solo yang berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Kelurahan Mojosongo, Jebres, Kota Surakarta. (Dok Pemkot Surakarta)

Baca juga:  Prabowo Lanjutkan Program Hilirisasi Mineral, PLN Pastikan Siap Penuhi Listrik Bersih ke Smelter

Produksi dan Operasional PLTSa Putri Cempo Solo

PLTSa Putri Cempo di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, resmi beroperasi sejak 30 Oktober 2023 setelah mendapatkan Sertifikat Laik Operasi (SLO) dan melalui proses pembangunan yang panjang selama tujuh tahun.

Setelah hampir sepuluh bulan berjalan, PLTSa Solo telah menghasilkan listrik yang dijual ke PLN.

Tim ahli PLTSa Putri Cempo, Prof. Prabang Setyono, menyampaikan bahwa kapasitas PLTSa ini mampu mengonversi 545 ton sampah kering menjadi 8 megawatt (MW) energi listrik per hari.

“Jika 545 ton sampah itu bisa dipenuhi, maka target menghasilkan 8 MW per hari bisa tercapai. 5 MW dijual ke PLN dan 3 MW untuk operasional PLTSa sendiri,” ungkap Prabang saat dijumpai pada Senin (12/8/2024).

Saat ini, PLTSa Putri Cempo mengolah sekitar 100 ton sampah per hari, sehingga baru mampu menghasilkan daya listrik sekitar 1 hingga 2 MW.

Prabang menjelaskan bahwa jika PLTSa beroperasi secara maksimal, maka kapasitasnya mampu memenuhi kebutuhan listrik bagi 5.000 rumah tangga.

Sejumlah kendaraan bermuatan sampah antre memasuki TPA Putri Cempo di Kelurahan Mojosongo, Jebres, Kota Surakarta, Senin (12/8/2024). (Tribunnews/Wahyu Gilang Putranto)

Teknologi Ramah Lingkungan dan Tantangan Pengoperasian

PLTSa Solo menggunakan teknologi gasifikasi untuk mengolah sampah tanpa emisi berbahaya.

“Gasifikasi itu tidak menggunakan pembakar seperti solar, tapi termokimia."

"Sampah itu dikondisikan di tekanan tertentu, suhu tertentu, nanti akan terbakar sendiri dan menghasilkan syngas yang bisa digunakan untuk genset,” jelas Prabang.

Tidak semua sampah yang datang di TPA Putri Cempo langsung bisa diproses menjadi listrik di PLTSa Solo.

Prabang menjelaskan, sampah terlebih dahulu harus diseleksi.

“Untuk seleksi sampah, dipilih sampah kering, istilahnya Refuse Derived Fuel (RDF), gampangnya sampah krispi atau sampah cacah,” jelas Prabang.

Sedangkan bahan-bahan yang tidak mempan bakar, seperti kaca, bahan bangunan, keramik, hingga besi, tidak digunakan. 

“Jadi seperti plastik, kulit pisang, kayu, semua bisa, yang mempan bakar,” ungkapnya.

Untuk menjadikan sampah benar-benar kering, membutuhkan waktu setidaknya 10 hari.

“Membuat RDF atau sampah krispi itu membutuhkan proses bio drying, dan memerlukan lahan cukup,” ujarnya.

Inilah yang saat ini masih menjadi salah satu faktor belum optimalnya PLTSa Solo.

“Setelah dihitung-hitung butuh lahan 2 hektar untuk menyediakan RDF, tetapi (lokasi TPA) penuh.”

“Maka mau tidak mau gunungan sampah harus dipapras sebagai lahan pengeringan,” ujarnya.

Sehingga, lanjut Prabang, masih memerlukan waktu untuk PLTSa Putri Cempo dapat secara maksimal bekerja mengolah sampah menjadi listrik.

Lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Solo di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. (Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)

Solusi Sampah Kota Solo dan Prospek Masa Depan

Ditemui terpisah, Kepala UPT Pengelolaan TPA Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solo, Edi Suparmanto mengungkapkan, sebelum ada PLTSa, sampah hanya dibiarkan menumpuk di TPA.

“Dengan adanya PLTSa ini, sampah akan diolah menjadi energi listrik, tidak menumpuk dan akan mengurangi gunung sampah yang ada di TPA,” ungkap Edi di TPA Putri Cempo, Senin (12/8/2024).

Menurut Edi, apabila tidak ada PLTSa, kapasitas TPA Putri Cempo untuk menampung sampah diprediksi hanya tinggal hitungan tahun.

“Kalau kita bilang overload, ya sudah overload, mungkin masih bisa bertahan beberapa tahun lagi seandainya tidak ada PLTSa,” ungkapnya.

Edi mengatakan, sampah yang masuk di TPA mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

“Saat ini sampah yang masuk ke TPA rata-rata harian 370 sampai 380 ton per hari,” ujarnya.

Edi menjelaskan, operasional PLTSa Putri Cempo berada di ranah PT Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP).

Sementara pihaknya membantu pengaturan masuknya sampah di TPA.

“Kalau kami manajemen pengaturan sampah yang masuk ke PLTSa, kalau pengelolaannya di sana (SCMPP).”

“Kami mengatur armada sampah yang masuk, mengambil sampah lama masuk ke PLTSa, semacam itu,” ujarnya.

(Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini