Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.CPM, WASHINGTON – Harga minyak dunia di perdagangan pasar global kembali menguat, setelah pekan sebelumnya mengalami penurunan karena kekhawatiran pasar akan penguatan dolar AS dan peningkatan pasokan di tengah permintaan yang lambat
Mengutip dari Reuters, kontrak berjangka (futures) minyak Brent naik sebesar 0,39 persen jadi 72,56 dolar AS per barel, diikuti kenaikan minyak WTI yang terapresiasi 0,39 persen ke level 68,70 dolar AS per barel pada Jumat (15/11/2024).
Penguatan ini terjadi setelah kedua harga acuan sempat merosot ke wilayah negatif selama sesi perdagangan. Dimana Brent kehilangan sekitar 1,7 persen dalam seminggu, sementara WTI mengakhiri penurunan lebih dari 2 persen.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Ambles Lagi, WTI Turun Jadi 70,19 Dolar AS Imbas Konflik Geopolitik Timur Tengah
Namun setelah Administrasi Informasi Energi AS (EIA) melaporkan hasil survei mingguan harga minyak kembali menguat, dalam catatan tertulis yang dirilis EIA menjelaskan persediaan bensin AS turun 4,4 juta barel minggu lalu, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penambahan 600.000 barel.
Hal senada juga diungkap American Petroleum Institute (API) yang menyebutkan cadangan minyak AS turun 0,78 juta barel pekan lalu, sementara dolar AS mencapai level tertinggi tujuh bulan yang membatasi kenaikan minyak.
Tekanan tersebut yang kemudian membuat para investor memperketat peredaran minyak di pasaran. Hingga harga minyak melesat ke puncak tertinggi dan memicu lonjakan inflasi di sejumlah negara termasuk Amerika.
Meski cadangan minyak global terus menurun, tetapi IEA optimis produksi bisa melampaui pasokan tahun depan seiring adanya peningkatan produksi dari negara non-OPEC sebesar 1,5 juta barel per hari.
Badan itu menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan pada 2024 sebesar 60.000 barel per hari menjadi 920.000 barel per hari, dan menargetkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak pada 2025 menjadi 990.000 barel per hari.
“Neraca saat ini menunjukkan bahwa meskipun pemotongan OPEC+ tetap berlaku, pasokan global akan melebihi permintaan lebih dari 1 juta barel per hari tahun depan,” kata laporan IEA.