Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Konflik Rusia-Ukraina yang memanas membuat harga emas di perdagangan pasar global mengalami lonjakan tajam, melesat ke rekor tertinggi dalam sepekan terakhir setelah sebelumnya jatuh hampir 38 persen di tengah meningkatnya kekhawatiran geopolitik.
Mengutip data Reuters, selama 24 jam terakhir harga emas spot naik 0,6 persen menjadi 2.628,76 dolar AS per ons, mengungguli rekor tertinggi pada 11 November.
Lonjakan serupa juga terjadi pada perdagangan emas berjangka AS yang ditutup naik 0,6 persen jadi 2.631 dolar AS per ons, Rabu (20/11/2024).
Harga emas mulai meningkat setelah eskalasi perang Rusia VS Ukraina semakin memanas.
Yang terbaru, Ukraina mulai membombardir wilayah perbatasan Rusia dengan menggunakan rudal jarak jauh ATACMS yang dipasok dari AS.
Merespon serangan tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan perubahan kebijakan nuklir negara tersebut.
Doktrin nuklir terbaru itu menyatakan Rusia kini bisa mempertimbangkan untuk menggunakan senjata nuklirnya, jika dihantam serangan rudal konvensional yang didukung oleh negara yang juga memiliki kekuatan nuklir.
Ketegangan tersebut lantas meningkatkan ketakutan masyarakat dunia akan terjadinya perang nuklir, hingga mendorong investor beralih ke aset safe-haven seperti emas.
"Kami pikir laporan semalam tentang Rusia yang mengubah doktrin nuklirnya menyusul serangan rudal jarak jauh pertama Ukraina di wilayah Rusia telah menyebabkan beberapa aliran aset safe haven dalam bentuk emas," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.
Selain dampak perang Eropa, kenaikan harga emas secara year-to-date juga didukung oleh akumulasi bank sentral, poros pelonggaran moneter Federal Reserve, dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Baca juga: Biden Setujui AS Pasok Ranjau Darat ke Ukraina, Bertujuan Hentikan Kemajuan Pasukan Rusia
Emas menjadi salah satu komoditas dengan kinerja terkuat di 2024, mencetak rekor berturut-turut dan sempat terkoreksi setelah pemilihan presiden AS karena dolar melonjak.
“Red Sweep AS, minat beli diversifikasi yang kuat, dan ketidakpastian global yang meningkat akan terus mendukung harga,” kata para analis.
Sejumlah analis memperkirakan kenaikan harga emas akan terus berlanjut hingga tahun 2025.
Firma perbankan dan investasi terkemuka, Goldman Sachs, optimistis harga emas jangka panjang akan naik menjadi 3.000 dolar AS pada tahun 2025 karena berbagai faktor pendukung.
Baca juga: Harga Emas Antam Hari Ini, 20 November 2024: Naik Rp1.498.000 per Gram
"Pendorong struktural dari proyeksi ini adalah meningkatnya permintaan dari bank sentral, sementara peningkatan siklus akan datang dari aliran ke dana yang diperdagangkan di bursa karena Federal Reserve memangkas suku bunga,” kata analis Goldman Sachs.
Proyeksi serupa juga turut dilontarkan analis UBS termasuk Levi Spry dan Lachlan Shaw, ia mengatakan dalam sebuah catatan riset bahwa harga emas akan naik jadi 2.950 dolar AS per ons, pada akhir 2026.