Laporan Wartawan Tribunnews.com Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia memiliki potensi pasar asuransi yang sangat besar karena populasi penduduk yang tinggi serta usia generasi muda yang besar.
Hal ini membuka peluang bagi industri asuransi meningkatkan penetrasinya sembari terus melanjutkan edukasi dan literasi asuransi ke masyarakat.
"Potensi penetrasi asuransi syariah sangat besar di Indonesia karena saat ini penetrasi asuransi di Indonesia masih sangat rendah. Fokus kita ke depan adalah garap produk asuransi yang lebih simpel dan terjangkau," ungkap Presiden Direktur Prudential Syariah, Iskandar Ezzahuddin di acara konferensi pers di Jakarta baru-baru ini.
Mengutip data OJK, adopsi gaya hidup syariah di Indonesia meningkat 39 persen. Hal ini memberikan harapan meningkatnya pula minat masyarakat membeli polis asuransi syariah saat ini dan ke depan.
Baca juga: KPK Identifikasi 8 Modus Korupsi Industri Asuransi Pelat Merah di Indonesia
Dia mengatakan, produk asuransi seperti unit link pasarnya masih bagus di Indonesia tapi produk jenis ini tidak untuk semua segmen.
Karin Zulkarnaen, Chief Customer and Marketing Officer Prudential Indonesia menambahkan, berdasar Data per September 2024 total klaim nasabah ke perusahaan mencapai Rp13.6 triliun, naik 4 persen dari periode yang sama di 2023.
Data klaim ini berasal dari 1,1 juta klaim asuransi jiwa dan kesehatan. Dari total pendapatan premi perusahaan, 77 persen diantaranya dikontribusikan oleh produk unitlink.
Sementara, tingkat solvabilitas perusahaan atau risk based capital (RBC) mencapai 476 persen. Sementara aturan OJK mewajibkan minimum RBC di 120 persen.
Menurut Karin, hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan membayar klaim dalam jangka panjang.
Di sisi lain, total pendapatan premi perusahaan per September 2024 mencapai Rp15,5 triiliun atau naik 4,4 persen dari periode yang sama di 2023.
Kenaikan ini berasal dari kenaikan pendapatan premi bisnis baru 7 persen dan kenaikan premi produk tradiisional. Sementara, total aset perusahaan mencapai Rp61,6 triliun.
Produk asuransi kesehatan yang dirilis di Mei 2024 lalu turut berkontribusi pada pendapatan premi perusahaan di 2024.
Karin menambahkan, untuk menjaga momentum pertumbuhan ini, pihaknya akan terus keluarkan inovasi produk dan layanan.
"Untuk menjaga pertumbuhan kami akan lakukan segmentasi nasabah untuk melihat peluang pasar yang masih terbuka lebar dan kita masuk ke sana misalnya nasabah gen Z," ujarnya.
Dia mengatakan, saat ini nasabah yang dimiliki masih didominasi nasabah keluarga.
"Umumnya mereka baru beli asuransi saat mulai berkeluarga," beber Karin.
"Ke depan kita ingin garap lebih serius ke segmen anak muda dengan inovasi produk yang lebih simpel dan terjangkau," imbuhnya.