Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produsen mobil Toyota menilai pasar otomotif di tahun depan akan lebih menantang. Terlebih penjualan di tahun ini turun sekitar 15 persen dari tahun sebelumnya.
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, menyampaikan ke depan ada dua hal yang perlu menjadi sorotan bagi industri.
Baca juga: Industri Otomotif Menanti Istilah Barang Mewah untuk Pengenaan PPN 12 Persen
"Pertama kembali lagi ke stabilitas rupiah. Dengan adanya pemerintahan Trump yang efektif mulai tahun depan dan mulai mengenakan tarif, itu pasti akan memacu inflasi. Inflasi itu akan meningkatkan interest pemerintah Amerika dan pasti akan terjadi capital outflow ke AS," tutur Bob dalam Year End Media Gathering di Jakarta, Selasa (18/12/2024).
Dengan hal tersebut, Indonesia juga dipastikan akan terpengaruh, bisa berdampak pada posisi rupiah yang tertekan.
"Ini juga akan mempengaruhi industri di dalam negeri, terutama yang masih menggunakan barang-barang impor. Itu juga harus kita waspadai pelemahan rupiah ke depan gitu.
Apalagi hampir semua mata uang currency itu melemah terhadap dolar AS, itu yang kita harus waspadai," ungkap Bob.
Selain itu, Toyota juga masih akan menyoroti pergerakan daya beli masyarakat. Tahun ini, akibat daya beli masyarakat lemah, penjualan mobil baru tidak bisa menyentuh angka 1 juta unit.
Baca juga: Perkuat Rantai Pasok Otomotif, Kemenperin Pertemukan IKM dengan Industri Besar
"Kedua pelemahan daya beli ini. Tahun ini saja melemahnya daya beli masyarakat market kita turun 15 persen. Ini perlu diperhatikan," ucap Bob.