Privasi dan keamanan data adalah prinsip lain dari tata kelola AI. Ketika sebuah organisasi semakin sering beroperasi di berbagai yurisdiksi, mereka akan menghadapi tekanan yang semakin besar untuk mengadopsi peraturan-peraturan yang menyelaraskan penyimpanan dan pemrosesan data dengan undang-undang kedaulatan data lokal. Ke depannya, undang-undang privasi akan terus mendorong transparansi, keadilan, dan akuntabilitas di bidang-bidang seperti pengumpulan dan penggunaan data, aliran data lintas batas, dan kepatuhan yang dapat diverifikasi. Perusahaan-perusahaan harus mempertimbangkan bagaimana karyawan mereka berinteraksi dengan sistem AI dan mengembangkan strategi untuk mengurangi pelanggaran data dan risiko terkait melalui latihan dan pemantauan yang terus-menerus.
3. Keamanan siber beralih ke skala mesin, sementara jaringan berkembang dari sekadar menghubungkan menjadi sepenuhnya melindungi.
Jaringan tidak lagi hanya digunakan untuk menghubungkan perangkat. Semakin banyak perangkat dan layanan yang terhubung, akan semakin besar pula risiko dan kecanggihan serangan yang dihadapi. Misalnya, serangan rekayasa sosial menjadi lebih mudah dilakukan karena semakin banyak data yang dibagikan secara online melalui berbagai platform. Serangan terhadap rantai pasokan juga bisa menimbulkan masalah ketika teknologi yang digunakan jaringan pemasok teknologi yang digunakan banyak bisnis dalam operasi mereka semakin kompleks. Kemajuan di bidang-bidang seperti komputasi kuantum akan semakin memperburuk keadaan. Semua faktor ini akan mendorong perlunya keamanan siber yang beroperasi pada skala mesin.
Jaringan akan muncul sebagai pilar penting dalam mengelola beban kerja dan berfungsi sebagai garis pertahanan keamanan pertama dan terakhir. Hal ini akan menjadi semakin penting karena serangan bergerak secara lateral, yakni mereka menggunakan satu titik masuk untuk menyusup ke seluruh jaringan guna menembus lebih dalam lagi ke sistem organisasi.
4. Perusahaan-perusahan akan membutuhkan bantuan untuk menyeimbangkan keberlanjutan dan pertumbuhan di era yang didukung oleh AI.
Pertandingan pengadopsian AI akan terus meningkat, yang membuat tingkat konsumsi daya juga meningkat. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya emisi karbon secara keseluruhan. Pada tahun 2027, penggunaan AI saja diprediksi akan menggunakan air yang setara dengan penggunaan air di seluruh Selandia Baru. Seiring dengan semakin pentingnya keberlanjutan sebagai prioritas bisnis di Indonesia, perusahaan-perusahaan perlu mencari cara untuk menyeimbangkan tujuan keberlanjutan mereka dengan peluang-peluang pertumbuhan yang dihadirkan oleh AI.
Kuncinya mungkin terletak pada AI itu sendiri. AI dan data besar (big data) membawa banyak sekali peluang untuk keberlanjutan, mulai dari menganalisis data historis seperti suhu, pola cuaca, dan naiknya permukaan air laut untuk memproyeksikan tren di masa depan, hingga membantu perusahaan melacak emisi karbon dan kemajuan dalam mewujudkan target-target keberlanjutan mereka.
Ketika kesadaran dan permintaan akan praktik dan produk keberlanjutan meningkat di Indonesia, perusahaan-perusahaan akan semakin mencari mitra yang dapat menyediakan produk dan solusi hemat energi atau membantu mereka mengadopsi model bisnis sirkular yang selaras dengan target nol emisi.
Selain itu, kemajuan teknologi di bidang material dan proses desain juga dapat berkontribusi dalam menyeimbangkan kebutuhan keberlanjutan. Arsitektur seperti chip Cisco Silicon One mencontohkan hal ini dengan melakukan tugas-tugas lebih cepat dan lebih efisien dengan perangkat keras yang lebih sedikit, mengurangi konsumsi daya secara keseluruhan serta meminimalkan limbah elektronik dengan memperpanjang masa pakai perangkat. Program Takeback and Reuse yang memungkinkan perusahaan mengembalikan perangkat keras yang sudah tidak digunakan akan menjadi penting.
5. AI tidak akan menggantikan, tetapi akan mendukung pekerjaan di angkatan kerja generasi berikutnya.
Masa depan pekerjaan tidak akan menjadi pilihan antara manusia dan mesin; melainkan keduanya akan sama pentingnya untuk menyelesaikan pekerjaan. AI akan menjadi bagian integral dari tenaga kerja masa depan dan membantu mengatasi kekurangan keterampilan di berbagai peran dengan mengotomatiskan tugas-tugas rutin dan memberdayakan orang-orang untuk menangani tugas-tugas yang bernilai lebih tinggi. Hal ini sangat penting, terutama karena kekurangan tenaga kerja yang mendesak di sektor teknologi sangat nyata dan diperparah dengan meningkatnya populasi lansia di banyak negara, terutama di Asia.
AI juga berarti manfaat di tempat kerja. Karyawan yang memanfaatkan AI untuk pekerjaan mereka akan mengungguli karyawan lain yang tidak menggunakan AI, sehingga mencapai kualitas kerja, produktivitas, dan efisiensi yang lebih baik. Memiliki keahlian yang tepat untuk memanfaatkan AI akan sangat penting untuk peran teknis dan non-teknis apa pun.
Beragam inisiatif seperti Cisco Networking Academy, yang menyediakan pelatihan keterampilan digital termasuk AI dan keamanan siber, sangat penting dalam menjembatani kesenjangan keterampilan digital. Seiring dengan perkembangan teknologi, sangat penting untuk terus meningkatkan keterampilan, tetap relevan, dan memanfaatkan inovasi-inovasi terbaru.
6. Tempat kerja yang berkembang akan bergantung pada nilai yang dihadirkan kantor di tempat kerja dan fondasi kepercayaan yang dibangunnya.
Kembali bekerja di kantor seharusnya menjadi sebuah magnet, bukan mandat. Ketika kami membayangkan masa depan pekerjaan, itu merupakan masa depan yang didukung teknologi dengan peran pekerjaan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi, seperti halnya transisi dari faks ke email dan sekarang terhubung dari mana saja. Pekerjaan akan dilakukan di ruang-ruang yang mendukung teknologi dan orang-orang secara alami akan mencari fleksibilitas yang dihadirkan oleh teknologi ke dalam kehidupan pribadi mereka dalam rutinitas pekerjaan mereka. Pergeseran ini akan menimbulkan pertanyaan seputar nilai yang akan ditambahkan oleh kantor fisik terhadap pekerjaan.