Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Pemerintah China kembali memperketat aturan, melarang negaranya mengekspor teknologi dan mineral logal yang dibutuhkan industri otomotif AS untuk memproduksi kendaraan listrik (EV).
Tak hanya itu China juga memperketat ekspor teknologi tertentu yang digunakan untuk mengekstraksi logam galium serta lithium yang dibutuhkan dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.
Larangan tersebut diumumkan langsung oleh Kementerian Perdagangan China sebagai bagian dari upaya negara tirai bambu itu memperkuat pengelolaan impor dan ekspor teknologi.
Baca juga: Bertemu BYD di China, Rosan Minta Segera Realisasikan Janji Pendirian Pabriknya di Indonesia
“Yang dapat kami sampaikan kepada Anda sebagai prinsip adalah bahwa Tiongkok menerapkan langkah-langkah pengendalian ekspor yang adil, wajar, dan tidak diskriminatif,” ujar Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok.
Mengutip dari CNN International, pengumuman mengenai rencana perdagangan ekspor ini muncul sebulan setelah China melarang penjualan beberapa bahan penting yang digunakan dalam produksi semikonduktor dan teknologi lainnya, termasuk galium, germanium, dan antimon, ke AS.
Adapun langkah ini diambil sebagai respons terhadap kebijakan kontrol ekspor baru yang diberlakukan oleh pemerintahan Joe Biden terhadap semikonduktor yang diproduksi di AS.
Liz Lee, Direktur Asosiasi di Counterpoint Research, menjelaskan larangan atau afiliasi dapat secara signifikan memperkuat dominasi Tiongkok dalam ekosistem baterai, terutama untuk meningkatkan rantai pasokannya untuk baterai EV.
Selain itu apabila aturan tersebut disetujui, maka hal tersebut akan membentuk putaran kendali ekspor mendatang, membuat industri otomotif AS khususnya kendaraan listrik jadi terdampak.
"Tergantung pada tingkat kendali ekspor, hal itu dapat menjadi masalah bagi produsen litium Barat yang ingin menggunakan teknologi China untuk memproduksi litium, yang merupakan salah satu material inti untuk katoda baterai,” jelas Liz Lee.
China Pimpin Produksi Baterai Listrik Dunia
China sendiri diketahui merupakan salah satu negara pemegang dominasi dalam industri global untuk berbagai bahan, termasuk galium dan litium.
Galium adalah logam lunak yang sering digunakan dalam produksi senyawa untuk chip radio frekuensi yang digunakan pada telepon seluler dan komunikasi satelit.
Sementara itu, litium menjadi bahan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena digunakan untuk membuat baterai yang mendukung berbagai perangkat, mulai dari telepon pintar, laptop, hingga kendaraan listrik.
Baca juga: Ditopang Saham Teknologi, Bursa Wall Street Rebound Jelang Pelantikan Trump
Di China sebanyak 70 persen wilayahnya mengandung litium global, dengan banyaknya jumlah tersebut China menjadi produsen utama gallium dan lium dunia.
Namun demi menjegal bisnis AS, China kini mulai membatasi ekspor aset-aset pentingnya itu dengan dalih menggenjot produksi kendaraan listrik dalam negeri.
“Langkah-langkah yang diusulkan ini akan menjadi langkah untuk mempertahankan pangsa pasar yang tinggi ini dan mengamankan produksi bahan kimia litium untuk rantai pasokan baterai domestik Tiongkok,” katanya.