News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Resmi Dimulai, Media Asing Singgung Wapres yang Tak Divaksin di Awal

Penulis: Daryono
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Jokowi disuntik Vaksin Covid-19. | Penyuntikan perdana vaksin Covid-19 di Indonesia turut menjadi sorotan media asing. Jokowi menjadi orang pertama yang disuntik vaksin.

TRIBUNNEWS.COM - Media asing di luar negeri turut mengabarkan penyuntikan perdana vaksin Covid-19 di Indonesia.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi orang pertama yang disuntik vaksin Covid-19, Rabu (13/1/2021).

Penyuntikan vaksin Covid-19 yang berlangsung di Istana Merdeka Jakarta itu menandai dimulainya proses vaksinasi Covid-19 di Indonesia.

Penyuntikan perdana vaksin Covid-19 ini turut menjadi sorotan media asing.

Vaksinasi Terbesar di Asia Tenggara

Media China, South China Morning Post (SCMP) menuliskan vaksinasi yang dimulai di Indonesia merupakan vaksinasi terbesar di Asia Tenggara.

Jumlah penduduk yang akan divaksin sebanyak 181,5 juta orang.

Baca juga: Efikasi Vaksin Sinovac di Brasil Berubah dari 78% Menjadi 50,4%, Ini Alasannya

Media ini memberi judul "Jokowi menerima suntikan pertama saat Indonesia meluncurkan vaksin Sinovac China".

"Vaksin CoronaVac dari China Sinovac Biotech, yang disahkan pada hari Senin, adalah suntikan pertama yang diluncurkan dalam upaya imunisasi besar-besaran, yang bertujuan untuk menginokulasi 181,5 juta orang, dua pertiga dari populasi Indonesia," tulis SCMP.

Laporan tentang vaksinasi Covid-19 di Indonesia oleh SCMP (tangkap layar SCMP)

Media itu juga mengabarkan Jokowi menjadi orang pertama yang disuntik vaksin dan disiarkan secara langsung di televisi.

Menurut SCMP, Indonesia akan diawasi sebagai kasus uji untuk vaksin Sinovac dimana Indonesia menjadi negara pertama yang melakukan vaksinasi massal dengan menggunakan vaksin Sinovac di luar China

Alasan Wapres KH Maruf Amin Tak Divaksin di Awal

Selain SCMP, media Inggris BBC juga menyoroti dimulainya vaksinasi di Indonesia.

BBC menyorot soal vaksinasi yang menargetkan anak muda dengan memberi judul "Virus Corona Indonesia: Program vaksinasi menargetkan orang muda"

"Indonesia telah meluncurkan program vaksinasi Covid-19 gratis secara massal dalam upaya menghentikan penyebaran virus dan perekonomiannya kembali berjalan.

Tetapi negara ini mengambil pendekatan yang sangat berbeda dengan negara lain. Alih-alih memvaksinasi lansia pada fase pertama, setelah pekerja garis depan, ini akan menargetkan pekerja muda berusia 18 hingga 59 tahun," demikian tulis BBC.

Laporan BBC soal vaksinasi Covid-19 di Indonesia (tangkaplayar bbc)

BBC menuliskan, Jokowi yang berusia 59 tahun menjadi orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin.

Sementara Wakil Presiden KH Maruf Amin tidak akan mendapat suntikan vaksin lebih awal karena ia sudah terlalu tua.

BBC mengungkap alasan mengapa vaksinasi di Indonesia menyasar anak muda bukan lansia.

Media ini memuat penyataan Profesor Amin Soebandrio.

Baca juga: Raffi Ahmad Divaksin Bersama Jokowi Tuai Pro dan Kontra, Ernest Prakasa Beri Dukungan

Amin menyebut anak muda lebih diprioritaskan menjadi penerima vaksin karena mereka sering keluar rumah dan bertemu banyak orang.

"Kami menargetkan mereka yang kemungkinan besar menyebarkan virus," katanya kepada BBC Indonesia.

Kata Jokowi setelah Disuntik Vaksin Covid-19

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat suntikan pertama vaksin Covid-19 buatan Sinovac, China.

Proses vaksinasi ini dilakukan di Istana Merdeka, Jakarta pada Rabu (13/1/2021) sekitar pukul 09.45 WIB.

Adapun, proses vaksinasi ini disiarkan secara langsung untuk menambah kepercayaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 yang disediakan pemerintah.

Sebelum menerima vaksin Covid-19, Presiden Jokowi melalui beberapa tahap seperti pencocokan identifikasi data penerima vaksin.

Selain itu, Presiden juga melalui tahap pengecekan kondisi kesehatan yang dilakukan oleh dokter kepresidenan selaku vaksinator.

Sejumlah pertanyaan seperti sempat mengalami Covid-19 dan sempat merasa sakit dalam beberapa hari terakhir juga ditanyakan oleh vaksinator.

Presiden Jokowi menerima suntikan vaksin pertama Covid-19 buatan Sinovac pada Rabu (13/1/2021) di Istana Merdeka, Jakarta.

Dokter Kepresidenan yang menjadi vaksinator Presiden Jokowi, Abdul Muthalid juga ikut memberikan pernyataan setelah berhasil menyuntik vaksin Covid-19 kepada Presiden.

Menurutnya, proses penyuntikan vaksin Covid-19 kepada Presiden Jokowi berhasil ia laksanakan tanpa rasa sakit.

"Saya melakukan penyuntikan dibantu oleh perawat saya."

"Setelah saya suntik tidak terasa sakit sedikitpun, alhamdulillah saya berhasil menyuntik presiden tanpa rasa sakit," kata Abdul Muthalid, dikutip dari tayangan Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (13/1/2021).

Disisi lain, Abdul Muthalib juga merespons soal sorotan proses penyuntikan yang dilakukannya sedikit gemetar.

Kendati demikian, tangannya yang sedikit gemetar itu tidak menimbulkan masalah saat proses vaksinasi dilakukan.

"Masalah itu (tangan gemeteran, red) tidak jadi halangan buat saya untuk menyuntikan, pertamanya saja agak gemeteran."

"Selanjutnya, tidak masalah bahkan tidak ada pendarahan sama sekali," ungkapnya.

Presiden Jokowi menerima suntikan vaksin pertama Covid-19 buatan Sinovac pada Rabu (13/1/2021) di Istana Merdeka, Jakarta.

Sebelumnya diketahui, Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono juga mengatakan, Istana telah menunjuk dokter kepresidenan untuk menyuntikkan vaksin ke Presiden.

"Dari dokter kepresidenan dan dari Dinas Kesehatan DKI," kata Heru kepada Kompas.com, Selasa (12/1/2021).

Izin Darurat Vaksin Covid-19 Terbit

Sebelumnya diberitakan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) resmi mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) terhadap vaksin Covid-19 Sinovac pada Senin (11/1/2021).

BPOM menyampaikan, hasil analisis uji klinis fase 3 di Bandung menunjukkan efikasi vaksin Sinovac sebesar 65,3 persen.

"Hasil tersebut sudah sesuai dengan persyaratan WHO di mana minimal efikasi vaksin adalah 50 persen," ujar Kepala BPOM Penny Lukito, Senin (11/1/2021).

Artinya, Indonesia sudah bisa memulai vaksinasi Covid-19 yang rencananya dilakukan perdana pada Rabu (13/1/2021).

Baca juga: Menkes Sebut 12 Juta Vaksin Covid-19 akan Siap di Awal Februari

"Izin Penggunaan Darurat ini ditandai dengan adanya nilai efikasi (kemanjuran) setara dengan 65,3 persen yang diambil dari laporan interim 3 bulan pasca suntikan kedua dari Uji Klinis Fase 3," kata Penny.

Diketahui, uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac ini dilaksanakan di beberapa negara.

Di Indonesia, uji klinis digelar di Bandung sejak Agustus 2020 kepada 1.620 relawan.

Arti efikasi vaksin 65,3 persen

Penny menjelaskan, hasil 65,3 persen ini memiliki arti vaksin Sinovac ini dapat menurunkan angka kejadian Covid-19 hingga 65,3 persen.

"Angka 65,3 persen dari hasil uji klinik di Bandung tersebut menunjukkan, harapan vaksin ini, mampu untuk menurunkan kejadian penyakit Covid-19 hingga 65,3 persen," tutur Penny.

Angka 65,3 persen di Bandung ini, akan disandingkan dengan angka efikasi di Brazil yang menghasilkan 78 persen dan Turki menghasilkan angka 91 persen.

Baca juga: Ini Syarat Penerima Vaksin Covid-19, yang Pernah Terpapar Corona Tak Prioritas

Hasil efikasi dari ketiga negara tersebut tercatat di atas ambang batas efikasi yang sudah ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 50 persen.

Beliau melanjutkan, selain efikasi, Badan POM juga mengevaluasi kemampuan tubuh dalam menghasilkan antibodi (imunogenisitas).

Serta kemampuan antibodi dalam menetralkan virus SARS-COV2 yaitu sebesar 99,23 persen.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny Kusumastuti Lukito mengatakan, pihaknya memberikan izin penggunaan vaksin Covid-19 dari Sinovac. (Tangkap layar YouTube Kompas TV)

Selain melihat efikasi, Badan POM juga sudah memastikan Sinovac sebagai produsen CoronaVac sudah memenuhi aspek Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari sisi kualitas.

Menurut Penny, hal itu didapat melalui audit dan pengawasan mulai dari bahan baku, proses pembuatan hingga produk jadi vaksin sesuai dengan penilaian data dukung vaksin.

Audit di Sinovac Life Science ini dilakukan akhir Oktober 2020.

Kemudian pihaknya menilai fasilitas fill and finish di Bio Farma, Bandung, pada awal 2021.

(Tribunnews.com/Daryono/Inza Maliana) (Kompas.com/Rakhmat Nur Hakim/Fitria Chusna Farisa)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini