Pada Agusutus nanti, diharapkan seluruh obat tersebut sudah banyak tersedia di pasaran.
Misalnya kata Budi, stok Azithromycin yang kini ada 11,4 juta vial secara nasional. Sebanyak 20 pabrik lokal memproduksi obat tersebut.
Sementara itu, stok Favipiravir saat ini sebanyak 6 juta vial di seluruh Indonesia.
Stok tersebut akan terus ditambah karena sejumlah produsen dalam negeri meningkatkan kapasitas produksinya.
Kemudian Oseltamivir, saat ini tersedia sebanyak 12 juta vial. Hanya saja untuk Oseltamivir nantinya akan diganti oleh Favipiravir.
"Favipiravir ini akan mengganti Oseltamivir sebagai obat antivirus. kalau Azithromycin tadi antibiotik, Favipiravir ini masuk kategori antivirus. yang oleh dokter-dokter ahli 5 profesi di Indonesia sudah mengkaji dampaknya terhadap mutasi virus delta ini, mereka menganjurkan agar antivirusnya digunakan Favipiravir," pungkasnya.
Menkes: tolong jangan timbun obat
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan soal pasokan obat-obatan terapi Covid-19 di Indonesia.
Ia memastikan, ketersediaan obat Covid-19 ini dalam keadaan aman sampai bulan Agustus nanti.
Obat-obatan Covid-19 itu ada yang diproduksi dalam negeri, diantaranya Azithromycin, Oseltamivir dan Favipiravir.
Sementara itu, pemerintah juga mengimpor obat-obatan lainnya, yakni Remdesivir, Atemra, dan Gamaras.
Budi mengingatkan, obat-obatan ini hanya bisa digunakan dengan resep dokter.
Baca juga: Jokowi Cari Obat Antivirus di Apotek Bogor, Bima Arya: Obat Itu Memang Langka
"Obat ini adalah obat yang harus diberikan dengan resep. Untuk tiga obat seperti Gamaras, Atemra dan Remdesivir itu harus disuntkan hanya bisa dilakukan di rumah sakit," kata Budi dalam konferensi persnya, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Senin (26/7/2021).
Lebih lanjut, Budi meminta masyarakat untuk tak sembarang menimbun obat-obatan ini sembarangan.