TRIBUNNEWS.COM - "Apabila sembuh dari Covid-19 belum genap tiga bulan, bolehkah ikut vaksin?"
Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), dr Tonang Dwi Ardyanto, menyebut pertanyaan seperti itu sering ia dapati.
Tonang menyebut, pemberian terbaik vaksinasi adalah saat belum ada antibodi.
Kemudian untuk suntikan berikutnya, saat antibodi sudah menurun di bawah ambang protektif.
"Kalau antibodi masih tinggi, maka sebagian dari vaksin yang disuntikkan itu akan tertangkap oleh antibodi yang masih ada, itu idealnya," ungkap Tonang, Selasa (10/8/2021), dikonfirmasi Tribunnews.com.
Baca juga: Download Sertifikat Vaksinasi Covid-19 Melalui Laman pedulilindungi.id atau Tunggu SMS dari 1199
Maka Tonang menyarankan bagi yang pernah positif, untuk cek antibodi.
"Bila masih tinggi, ditunda dulu vaksinasinya. Cek berkala, bila sudah turun, baru vaksinasi, itu idealnya," ungkapnya.
Namun, Tonang menyadari yang ideal tersebut belum semua bisa melaksanakan karena sejumlah faktor.
Mulai belum dapat disepakatinya berapa titer antibodi itu dianggap protektif, perlu biaya untuk cek antibodi berkala, dan belum dapat dijamin ketersediaan vaksin Covid-19 setiap saat.
"Sisi lain, pemerintah masih menetapkan aturan bahwa vaksinasi covid diberikan 3 bulan setelah terkonfirmasi covid," ungkap Tonang.
Baca juga: PPKM Diperpanjang Lagi, Forum Santri Ajak Masyarakat Ikuti Program Vaksinasi Covid-19
Adapun kebijakan itu juga memiliki dasar.
"Secara pemodelan kadar antibodi yang kita tahu mulai terjadi penurunan antibodi setelah 3 bulan."
"Ada yang turun sedikit, ada yang agak banyak tapi masih tetap tinggi, ada yang turun signifikan sehingga di bawah ambang protektif," jelas Tonang.
Sedangkan kasus di luar tiga model itu, ada yang sejak awal memang antibodinya rendah, bahkan ada yang tidak terdeteksi.