News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Relawan Pangkas Rambut di RSDC Wisma Atlet Tersentuh Lihat Belakang Telinga Nakes Banyak yang Luka

Penulis: Gita Irawan
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas merapikan tumpukan kantong sampah plastik kuning yang menumpuk di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (6/7/2021). Sejumlah petugas berpakaian alat pelindung diri (APD) lengkap tiap hari mengumpulkan kantong plastik berwarna kuning yang menumpuk berisikan APD bekas pakai, kardus makanan, dan sejumlah barang pasien yang sudah tidak terpakai. Kemudian tumpukan limbah itu disimpan di ruang khusus Tower 7 RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet. Sekali angkut, RSD Wisma Atlet bisa mengangkut 2 ton limbah medis corona. Dalam sehari petugas dapat mengangkut 3 kali yaitu pagi, siang, dan malam hari. Tribunnews/Jeprima

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Relawan pangkas rambut Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Antony Gie, tersentuh ketika melihat banyak tenaga kesehatan (nakes) di sana yang belakang telinganya luka dan lecet saat awal rumah sakit tersebut beroperasi.

Gie telah menjadi relawan pangkas rambut di rumah sakit tersebut sejak April 2020 hingga kini.

Dia mengatakan luka-luka di belakang telingan para nakes tersebut ia lihat ketika sedang memangkas rambut mereka.

Menurutnya, luka-luka tersebut kemungkinan akibat lamanya durasi para nakes memakai masker berlapis-lapis dan APD ketika itu.

Di samping itu, ia juga menduga para nakes saat itu belum mengetahui caranya mengakali masker agar tidak membuat lecet.

Baca juga: Cerita Nida Fadhillah, Perawat yang Menemukan Jodohnya Saat Menjadi Relawan di RSDC Wisma Atlet

Hal tersebut diungkapkannya saat Talkshow Menuju Hari HAM Sedunia 2021 bertajuk Cerita di Balik Wisma Atlet yang digelar Komnas HAM secara virtual pada Jumat (12/11/2021).

"Jadi di antara kuping ini pada luka-luka, lecet karena masker. Karena berjam-jam pakai masker dan berlapis-lapis, sampai lecet-lecet itu. Saya banyak menemukan teman-teman nakes yang turun ke red zone (zona merah) yang dalam keadaan seperti itu dengan muka lelahnya," kata Gie.

Gie menceritakan motivasinya menjadi relawan non medis di Wisma Atlet adalah keinginan sederhananya untuk ikut membantu dengan apa yang bisa ia lakukan agar pandemi cepat berakhir dan bisa kembali ke kehidupan normal.

Pria yang sebelum menjadi relawan bekerja sebagai hair stylist khusus anak itu mengatakan pada pertengahan Maret 2020 ketika covid-19 mulai melanda Indonesia keadaan di tempat kerjanya mencekam.

Pada akhir Maret 2020, ia dan rekan-rekannya sudah dirumahkan.

Sebenarnya, ketika itu ia punya pilihan untuk pulang ke kampung halamannya.

Namun, kata dia, ketika itu sudah sulit untuk mencari transportasi ke kampung halamannya.

Ia pun merasa stres dan takut.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini