Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan virus Corona varian Delta sudah bermutasi menjadi 25 anak dan cucunya selama pandemi Covid-19.
Hal ini terus diwaspadai untuk mencegah penularan virus Corona.
"Jadi Delta yang asli itu D.1.617.2. Dia sekarang sudah bermutasi menjadi 25 anak dan cucunya. Yang paling banyak di Indonesia adalah AY.23 dan AY.4 ya," kata kata Budi dalam diskusi daring dalam kanal PKS TV pada Sabtu (13/11/2021).
Baca juga: Risiko Penularan Masih Tinggi, Menkes Sebut Vaksinasi Belum Selesaikan Pandemi Covid-19 di Indonesia
Baca juga: Menkes : Aktivitas di Tempat Kerja Masih Berisiko Tinggi Terhadap Penularan Covid-19
Di Inggris, kata Budi, ada mutasi virus Corona varian Delta baru yang menyebabkan adanya peningkatan kasus penularan. Adapun Delta ini bernama AY.4.2 atau biasa disebut sebagai Delta plus.
"Ini contohnya terjadi di Inggris ya. Jadi di Inggris itu terjadi kenaikan. Karena memang varian baru. Kemudian begitu dia naik gara-gara Delta ternyata kita lihat Deltanya juga sudah bermutasi. Terjadi mutasi juga dari Delta. Yang namanya AY.4.2 atau kemarin disebut oleh Pak Luhut namanya Delta plus," ungkap dia.
Budi menyampaikan adanya varian baru Delta ini cukup mengkhawatirkan. Pemerintah juga berupaya agar virus tersebut tak menyebabkan lonjakan penularan Covid-19.
"Dan ini juga cukup mengkhawatirkan. Jadi selain varian-varian yang benar-benar baru, tapi varian Deltanya sendiri bermutasi dan di Inggris, ini menyebabkan kenaikan seperti ini. Nah, kita juga memonitor bukan hanya varian-varian baru keluar. Kita lihat di Indonesia sendiri varian Deltanya sudah bermutasi. Jadi ini Sat mutasi dari varian Delta," jelasnya.
Karena itu, ia menerangkan pemerintah tengah menjalankan strategi deteksi untuk mencegah virus Corona varian baru itu masuk ke Indonesia.
"Jadi kita selalu monitor sekarang, varian-varian baru apa yang bahaya. Dan kita sudah lihat sekarang monitor dari dekat tiga varian baru. Varian-varian baru yang juga menjadi perhatian WHO. Kita kontrol adalah jangan sampai varian baru ini kalau bisa jangan masuk ke Indonesia dengan memperkuat perbatasan-perbatasan kita," tukasnya.
3 Strategi Pemerintah
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan sejumlah strategi untuk menekan laju penularan Covid-19 di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pedoman dari World Health Organization (WHO).
"Bagaimana kita bisa mengurangi laju penularan? strateginya WHO juga sudah share ini ke seluruh negara. Tiga strategi untuk orang sehat, satu strategi yang diarahkan kalau sudah sakit," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam diskusi daring dalam kanal PKS TV pada Sabtu (13/11/2021).
Untuk strategi orang sehat, kata Budi, strategi pertama atau perubahan perilaku.
Strategi ini biasa akrab dengan penjagaan protokol kesehatan atau perilaku memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M).
"Perubahan perilaku atau prokes atau 3M. Kembali lagi tujuannya untuk mengurangi laju penularan.
Misal, kalau kita pakai masker misalnya itu bisa mengurangi 95 persen dari laju penularannya. Sama juga strategi surveillance atau deteksi atau 3T," ungkap dia.
Kemudian, strategi kedua adalah strategi deteksi dini atau strategi surveillance. Strategi ini biasa tes Covid-19 testing, tracing dan treatment.
"Kenapa kita ingin bisa tes cepat karena kita tahu siapa yang tertular dan kita cari kontak eratnya dites lagi supaya tahu dia tertular apa enggak karena kalau sudah tahu dia tertular kita bisa isolasi sehingga kalau diisolasi bisa mengurangi laju penularan," jelasnya.
Kemudian, startegi ketiga adalah strategi vaksinasi. Menurut Budi, vaksinasi memang tidak membuat masyarakat menjadi kebal, akan tetapi bisa meminimalisir penularan dan dampak dari Covid-19.
"Vaksinasi itu tidak membuat kita kebal tapi membuat tubuh kita antibodinya siap. Kalau virusnya masuk sehingga masa infeksius virusnya juga kita bisa menjadi lebih singkat yang tadinya 10 hari tapi karena antibodi tubuh kita baik itu bisa membunuh virusnya dengan cepat virusnya mungkin ada di dalam tubuh kita cuma 3 hari atau 4 hari," terang dia.
Di sisi lain, kata Budi, strategi terakhir adalah strategi perawatan untuk tangani masyarakat yang terlanjur telah tertular Covid-19. Namun, strategi ini hanya bersifat antisipatif terhadap masyarakat yang tertular virus Corona.
"Sebenarnya strategi ini ada strategi yang sudah kepepetlah, sudah terlambat. Karena kita tidak bagus atau tidak siap. Nah, strategi ini namanya perawatan. Jumlah rumah sakitnya ada dokternya, obatnya cukup apa enggak, oksigennya, ventilatornya, dan lain sebagainya. Kalau sudah masuk ke tahap ini sebenarnya sudah terlambat. Yang paling bagus adalah jangan sampai dia sakit. Menjaga orangnya supaya tetap sehat," ungkap dia.
Budi meyakini strategi tersebut telah berhasil mengendalikan angka penularan Covid-19 di Indonesia. Hal itu terlihat dari angka penularan virus yang turun drastis.
"Kita sudah lihat alhamdulillah sudah turun. Baik yang kasus konfirmasi, masuk ke rumah sakit maupun yang kematian. Kalau kasus konfirmasinya kan kita sempat 52 ribu per minggu ya, eh per hari ya, sekarang sudah turun di bawah 400 per hari," tukasnya.