Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini angka kematian masih menjadi rujukan tingkat keparahan pada suatu wabah. Kematian masih tinggi dan tren masih meningkat.
Kalau kematian meningkat, berarti ada masalah dari hulu dan hilir.
Menurut Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman situasi saat ini masih parah.
Bicara Indonesia walau tren kematian membaik, kasus masih tinggi.
"Dan sekali lagi kita harus sadari kematian sangat terbatas mendeteksinya. Apalagi kondisi Indonesia, dimana meninggal bisa tidak tahu penyebabnya seperti apa," ungkap Dicky pada webinar, Jumat (8/4/2022).
Berbeda negara maju, jika ada meninggal, bahkan di rumah, maka dilakukan autopsi untuk memastikan penyebabnya.
Baca juga: Dukung Percepatan Transisi Pandemi ke Endemi, ARFI dan Polres Jakarta Pusat Gelar Vaksinasi
Selain itu menurut Dicky, kasus ditemukan dengan yang ada di masyarakat berbeda.
Karenanya klaim situasi telah membaik harus disikapi hati-hati. Pengamatan harus dilihat dari daerah per daerah.
Dicky menyebutkan jika memasuki tahun ketiga kecenderungan orang merasa jenuh dan ingin pandemi cepat berakhir.
Situasi ini membuat sebagian negara mendeklarasikan diri telah endemi dan menjadi dasar pelonggaran.
Tapi Dicky menegaskan jika virus tidak terpengaruh dengan deklarasi tersebut.
"Dia patuh pada hukum biologi. Tanpa tendensi menyimpang. Dan itu harus kita pelajari menjadi modal bagaimana keluar dari masa kritis. Salah satu kita peroleh modal imunitas menjadi penting," kata Dicky menambahkan.
Selain itu ia menyebutkan setiap orang harus menyadari bahwa situasi pandemi Covid-19 dideklarasikan oleh WHO. Dengan dasar adanya kriteria internasional.