Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 telah ditemukan di Indonesia. Ada empat kasus yang dilaporkan.
"Varian baru itu (BA.4 dan BA.5) kita identifikasi tadi malam tapi kejadian itu bulan Mei," kata Menkes Budi di gedung Kemenkes, Jumat (10/6/2022).
Baca juga: Pemerintah Terus Memonitor Varian Baru Covid-19 untuk Cegah Lonjakan Kasus
Ia menuturkan, varian itu teridentifikasi ada di Bali dan kini sedang dilakukan monitoring lebih lanjut. Pasalnya, varian ini ditenggarai dapat menurunkan imunitas dan memiliki laju penularan yang cepat.
Subvarian ini disebut-sebut menjadi penyebab kenaikan kasus Covid-19 di beberapa negara baik di Eropa, Asia, maupun Amerika.
"Sudah ditemukan di Indonesia subvarian ini kemarin di Bali. Ada empat orang yang terkena BA.4 dan BA.5," ujar Menkes.
Baca juga: Varian Baru Covid-19 Picu Kenaikan Kasus di Afrika Selatan, Penyintas Omicron Berpotensi Terinfeksi
"Masih kita monitor terkait subvarian ini apakah menghindari imunisasi atau penyebarannya yang sangat cepat," lanjut mantan wamen BUMN ini.
Menkes pun meminta agar masyarakat tidak perlu panik dan khawatir berlebihan atas temuan subvarian BA.4 dan BA.5.
Masyarakat tetap disarankan mengenakan masker saat berada di dalam ruangan, dan segeralah vaksinasi booster.
"Sebaiknya enggak usah panik. Singapura masuk, kita juga masuk. Tetap saja kita pakai masker kalau kita di ruangan yang padat dan juga lakukan booster. Imunitas kita masih tinggi dari sero survei di bulan Maret dan kita melihat kenaikan dalam taraf level yang aman," ucap dia.
Epidemiolog Sebut Tren Kenaikan Kasus Covid-19 Tidak Bisa Dihindari
Beberapa waktu lalu Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menyebutkan jika terjadi tren kenaikan kasus Covid-19 di tanah air.
Menurut Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman, peningkatan kasus saat ini sedang menghadapi sub varian Omicron seperti BA.4 dan BA.5.
"Dimana lebih efektif dalam menginfeksi. Dan ini terlihat dari angka reproduksi yang hampir mencapai 10. Ini menunjukkan jika menemukan kasus infeksi yang meningkat tinggi, sulit dihindari," kata Dicky pada Tribunnews, Jumat (10/6/2022).
Baca juga: Berbagi Data Soal Patogen Diharapkan Mampu Cegah Pandemi