Italia berbalik unggul 3-2 setelah penendang keempat, Federico Bernardeschi, sukses mencetak gol.
Jadon Sancho gagal menyamakan kedudukan usai sepakannya ditepis oleh Gianluigi Donnaruma.
Harapan Inggris kembali tumbuh setelah sepakan Jorginho juga berhasil ditepis oleh Jordan Pickford.
Akan tetapi, Donnarumma akhirnya tampil sebagai pahlawan kemenangan Italia usai menepis bola tendangan penalti Bukayo Saka.
Pengamat sepak bola sekaligus legenda Manchester United, Roy Keane, angkat bicara soal kegagalan penalti Saka.
Baca juga: Italia Juara EURO 2020, Pangeran William ke Skuat Inggris: Tegakkan Kepala Kalian!
Alih-alih menyalahkan bintang muda Arsenal itu, Keane justru merasa kasihan kepada Saka karena memikul beban berat.
Pasalnya, Saka dinilai masih terlalu muda di usianya yang baru berusia 19 tahun untuk menjadi penentu dalam adu penalti.
Penentu adu penalti harus memiliki kesiapan dan kekuatan mental, termasuk pengalaman.
Nah, untuk urusan mental itu, Saka masih tergolong anak kemarin sore.
Mentalitasnya menghadapi momen seperti adu penalti itu menjadi beban yang membuat dia tak mampu mengeluarkan potensinya
Keane malah menyalahkan dua pemain berpengalaman Inggris, yakni Raheem Sterling dan Jack Grealish, yang tak mengambil penalti.
"Jika Anda Sterling atau Grealish, Anda tidak bisa duduk di sana dan melihat anak kecil, 19 tahun, berjalan di depan Anda."
"Anda tidak bisa duduk di sana, itu pasti sulit untuk diterima."
"Anda telah memainkan lebih banyak permainan, lebih banyak pengalaman," kata Keane, sebagaimana dikutip SuperBall.id dari Metro.co.uk.
Baca juga: Amarah Hooligan Inggris Serang Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka, Polisi Turun Tangan