Yang mana di padang Arafah itu ada kisah Adam dan Hawa. Lalu di padang Mahsyar juga harus direnungkan oleh umat manusia sekarang, bahwa sekarang ini bisa selamat, berbuat dosa, berbuat maksiat dan akan sengsara nanti ketika di padang Arafah itu.
Lalu ada peristiwa melempar Jumroh di Mina, sampai pada ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW yang mana didunia sangat sederhana, mulia sehingga dihormati dan dihargai oleh semua kalangan.
“Kalau yang demikian itu bisa direnungkan, maka nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, adil dan beradab bisa dihayati, maka tentu saja tidak mudah terbujuk oleh pikiran ataupun kegiatan radikalisme setan yang mau melawan Tauhid atau melawan perintah Allah SWT. Nah itu yang mesti harus kita pahami, renungkan dan perlu dipersiapkan oleh semua yang melakukan ibadah haji,” urai pria yang juga juga anggota tim Ahli dalam Penanganan Reedukasi Narapidana Terorisme ini.
Untuk itulah dirinya berharap kepada semua umat muslim yang telah menunaikan ibadah haji untuk selalu menjaga keharmonisan, perdamaian dan persatuan antar umat manusia bangsa ini.
Karena dirinya merujuk kepada pernyataan seorang wartawan senior yaitu almarhum Rosihan Anwar yang menulis bahwa para Perintis Kemerdekaan, para pejuang dan yang mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia itu adalah para Haji, seperti Soekarno, Hatta, Oemar Said Tjokroaminoto, Ahmad Dahlan, Hasyim Ashari dan para penerusnya yang semuanya adalah para Haji.
"Mereka para haji ini secara ikhlas membangun bangsa dan juga membangun peradaban rakyat secara terus menerus termasuk mengajarkan Islam di kampung-kampung. Ini yang kadang tidak mengerti dan tidak dipahami oleh sebagian dari kita bahwa negara ini bisa merdeka adalah salah satu sumbangan yang terbesar dari para Haji tersebut yang tertulis dengan baik dalam sejarah Republik Indonesia," jelas peraih Doktoral dari International Institute for Asian Studies (IIAS), Universitas Leiden, Belanda ini.