"Sejak awal jaman PKI, Pak Harto hingga Habibie. Saye jualan karung goni, naik sepeda keliling Jakarta, Mahrum dagang kain." kata Amad, dalam kelakar.
Seperti orang Betawi, kebanyakan, pembicaraan mereka ceplos, polos, dan tak boros kalimat.
Kisah-kisah serius, dikemas dalam nada canda.
"Itu, jamu awet mudanye Orang Betawi kan Mad," kata Mahrum akrab.
Keakraban mereka tak dibuat-buat.
Emosi persahabatan mereka tularkan ke bini, anak, mantu, kerabat, hingga tetangga.
Mereka menyebut dirinya, "duet engkong senior".
"Babe itu kalau baru punya anak. Kalau "engkong" baru bercucu. Kalo engkong senior sudah bercicit."
Mahrum punya 1 cicit, 16 cucu dari "setengah lusin anak." katanya.
Sedangkan Amad, lebih senior lagi. Dia sudah punya 4 cicit, 21 cucu dari 10 anak dan 1 istri.
Belum lagi, Amad menyebut nama istrinya, Mahrum menimpali.
"Mad, jangan bohong Lu. Ini Tanah Haram. Kamu punya 1 istri tapi dua kali nikah, kan..!
Amad pun tertawa membenarkan. "Betul, saya punya satu istri. Tapi dua kali saya nikahi. Cerai lalu rujuk lagi."
Baik Amad dan Mahrum, masih ingat nama lengkap anaknya, namun tak hapal satu persatu nama cucu dan cicit mereka.