"Secara khusus, imbauan yang kita sampaikan kepada jemaah selama berada di Arafah, dimohon untuk tidak keluar tenda, kecuali memang ada keperluan yang harus dilakukan," tutur Imam.
Baca juga: Tinjau Fasilitas Jemaah Haji di Arafah, Menteri Agama Merasa Puas Sesuai dengan Kesepakatan
Hal itu karena suhu udara yang panas menyengat dan berpotensi mempengaruhi kondisi kesehatan para jemaah selam puncak Haji.
"Karena suasananya dalam keadaan panas dan (jemaah) berisiko mengalami gangguan kesehatan," kata Imam.
Imam kemudian menyampaikan bahwa saat sedang melakukan wukuf pun, jemaah tidak diminta untuk naik ke Jabal Rahmah.
"Ketika sedang wukuf, ini juga tidak dituntunkan untuk naik ke Jabal Rahmah. Karena tidak ada tuntunan dan landasan yang mensunnahkan jemaah Haji untuk naik ke Jabal Rahmah," jelas Imam.
Ia pun menceritakan kisah Rasulullah Nabi Muhammad SAW yang menjalani wukuf di lembah di bawah Jabal Rahmah.
"Dulu di zaman Rasulullah pun, Rasul wukufnya tidak di atas Jabal Rahmah, tapi dulu berada di lembah di bawahnya Jabal Rahmah. Sehingga jemaah ini kita imbau untuk tidak keluar (tenda) apalagi naik ke Jabal rahmah, nanti berisiko secara kesehatan," tegas Imam.
Ia pun berharap para jemaah ini tetap berada di tenda masing-masing
"Nah kita berharap seluruh jemaah bisa konsentrasi berada di tendanya masing-masing, kemudian melaksanakan ibadah," jelas Imam.
Ia pun menuturkan bahwa pada 9 Dzulhijjah, tepat nya pada ba'da Dzuhur hingga Maghrib merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa hingga memohon ampun kepada Allah SWT.
Karena doa yang dipanjatkan ada rentang waktu tersebut dianggap akan mudah dikabulkan oleh Allah SWT.
"Apalagi saat wukuf tanggal 9 (Dzulhijjah) lewat ba'da dzuhur sampai maghrib, itu waktu mustajab. Maka digunakan sebaik-baiknya untuk berdoa, beristighfar, kemudian mohon ampun kepada Allah, karena Rasul dulu wukuf itu 6 jam sampai maghrib," pungkas Imam.