Para jemaah juga mengumpulkan kerikil kecil untuk digunakan dalam ritual khusus 'lempar jumrah' keesokan harinya di Jamarat.
Bagi banyak jemaah Haji, terutama yang baru pertama kali menunaikan ibadah Haji, perjalanan lima hari tersebut merupakan pengalaman tak terlupakan yang meninggalkan kesan mendalam.
"Awalnya, agak emosional bagi saya untuk melihat Kabah untuk pertama kalinya. Dan ketika kami melakukan Tawaf, itu sangat emosional. Tapi kemudian saya benar-benar santai dan merasa seperti pertemuan keluarga, kami merasa telah mencapai hal besar ini bersama-sama, saya merasa lega, saya merasa semua stres yang membebani saya selama bertahun-tahun hilang seketika, saya merasa segar kembali dalam banyak hal," kata jemaah dari Bosnia, Adnan Mahmotavic.
Seorang jemaah dari Malaysia, Hamidah Sadiq turut berbagi pengalaman emosionalnya, air matanya tampak berlinang saat dirinya menggambarkan bagaimana perjalanannya yang luar biasa akan selamanya terukir dalam ingatannya.
"Tidak ada kata-kata untuk menggambarkan kebahagiaan saya bsia datang ke sini untuk ibadah Haji. Saya tidak bisa menggambarkan perasaan saya, saya sangat senang. Di Malaysia, kami mengatakan 'itu semua kehendak Tuhan.' Dan kami tetap bersabar, berharap Haji kami diterima," kata Sadiq.
Saat air mata memenuhi mata dan senyum menghiasi wajah mereka, perjalanan para jemaah ini telah mencapai kesimpulannya 'dengan tirai ditutup' hingga tahun berikutnya.