Pada saat skrining ulang ini, lanjut dr Enny, jemaah akan dicatat umurnya, riwayat jantung sebelumnya, nyeri dada atau tidak, komorbid diabetes atau hipertensi , juga riwayat kebiasan merokok jemaah.
“Para jemaah ini sudah diskrining di Indonesia, namun kita skrining ulang, harapannya para pasien komorbit ini masih tetap istitha’ah,” ujar dr Enny.
Jemaah yang hasilnya tetap istitha’ah, maka akan direkomendasikan bisa melaksanakan ibadah saat puncak haji nanti.
Lantas bagaimana apabila jemaah tidak istitha’ah?
“Kalau tidak istitha’ah dan ada keluhan akan dirujuk ke KKHI. Namun apabila masih tetap terkontrol, akan tetap dipantau oleh tim TKHK,” jelasnya.
Sementara itu, jemaah komorbid namun masih bisa terkontrol tapi lansia, akan direkomendasikan untuk safari wukuf.
“Bisa juga kita nanti akan rekomendasikan safari wukuf,” katanya.
Hingga hari ke-17 atau 29 Mei 2025, jemaah yang meninggal sebanyak 24 orang. Di mana 7 orang meninggal di Makkah. “Mayoritas jantung,” kata dr Enny.
Hingga Rabu petang Waktu Arab Saudi Poli Risti pada safari hari pertama ke sektor memperoleh kesimpulan jika keluhan mayoritas gangguan jantung, lalu Diabetes Melitus, Hipertensi, dan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK).
Dari 23 pasien yang hadir rentang usia yang diperiksa yaitu 51 sampai 88 tahun kondisinya terkendali.
"Kami beri obat, maintenance untuk 30hari sampai beliau selesai rangkaian ibadah haji nya," kata PJ Poli Risti dr Siti Chandra.
Hal ini juga berlaku pada pasien yang mengalami gagal ginjal, menurut dr Chandra tetap diteruskan tatalaksana nya dalam pantauan KKHI Makkah.
Karena ini termasuk dalam kriteria risti berat.
"Pasien gagal ginjal termasuk pemantauan ketat TKHK dan sektor, sehingga harus hemat energi, edukasi untuk mengutamakan ibadah wajib, terutama armuzna, dan ibadah lainnya di hotel saja," imbuhnya.
Sementara itu Kepala Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK) Sektor 9 Budi Prasetyo mengaku sangat senang dengan adanya layanan poli Risti yang datang ke sektor.