Dari hasil mengumpulkan barang bekas, dalam sehari, ia biasa mendapat penghasilan sekitar Rp100.000.
“Rp75.000 ditabung bayar haji, Rp 25.000 dipakai biaya sehari-hari,” terang Khumaidi.
Setelah terkumpul 1 juta atau 2 juta, ia baru menyetorkan ke lembaga penyelenggara perjalanan ibadah haji dan umrah.
Rezeki Anak Shaleh Shalilah Ikut Muluskan Jalan ke Tanah Suci
Kemudahan lain yang dirasakan Khumaidi dan Siti Fatimah adalah saat Allah memberinya rezeki anak yang sholeh dan shalihah.
Anak perempuannya memilih bekerja dan menunda tawaran kuliah tanpa tes dari sebuah Uinversitas.
Sang anak sulung memilih ikut menyisihkan uang gajiannya untuk menambah biaya pelunasan Khumaidi dan Siti Fatimah.
Demikian juga si bungsu, Malik Fajar . Ia ingin uang hadiah khitan yang didapatkannya dimanfaatkan ayah ibunya membeli kambing untuk diternakkan dan hasilnya bisa untuk melunasi biaya haji.
“Anak saya yang laki-laki usul, pak ditukokne kambing nggo bayar haji (beli kambing untuk bayar haji.”
Kini anak laki-lakinya itu telah lulus SMK dan berharap bisa bekerja di Jepang.
Rezeki lagi-lagi datang. Setelah urusan biaya haji tuntas, Khumaidi dan Fatimah bersyukur kini ia sudah memiliki rumah sendiri juga sebidang tanah sawah yang dditanami padi.
Dengan keadaan hidupnya saat ini. Ia tak menduga kini bisa mempunyai rumah dan sawah bahkan naik haji.
Saat keluarganya menolaknya membeli tanh, karena dianggap tidak berpunya, kejabian Allah datang di hidupnya.
Tak lama setelah berhasil melunasi biaya talangan haji, di tahun 2016, Khumaidi dan Fatimah justru mendapat tawaran tanah dari tetangganya tanah dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu 1.900.000,-.
Bahkan tetangganya itu hanya mau dibeli tanahnya oleh Khumaidi dan tidak akan menjual kepada orang lain, “Kalau ga dijual ke kamu, ga usah dijual,” ungkap Khumaidi menirukan ucapan tetangganya.