Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Demensia menempati urutan ketiga penyakit terbanyak yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI Makkah).
Pada Kamis (13/6), terdapat 30 pasien demensia yang dirawat di ruang rawat inap psikiatri.
Menurut dokter spesialis jiwa di KKHI Makkah dr Ahmad Andi Samegu SpKJ, demensia adalah kondisi sindrom penyakit gangguan otak yang bersifat jangka panjang/kronis, dan bukan baru terjadi.
Rata-rata pasien demensia berusia di atas 60 tahun, bahkan ada yang berusia 95 tahun dan sudah mengalaminya sejak di Indonesia.
dr. Ahmad Andi Sameggu, Sp.Kj., menjelaskan bahwa dalam ilmu kedokteran, gangguan jiwa dilihat dari 3 aspek, yakni biologi, psikologis, dan sosial.
Baca juga: Daftar Tanggal Penting Penyelenggaraan Puncak Ibadah Haji 1445 H/2024 M
Pada aspek biologis, gangguan struktur otak yang mengalami atrofi serebri sehingga terjadi penurunan fungsi, ditambah dehidrasi, gangguan elektrolit, dan faktor suhu tinggi.
Sedangkan dari aspek psikologis, orang lanjut usia umumnya baru pertama kali meninggalkan kampung halaman, naik pesawat, dan bertemu orang asing, sehingga adaptasinya berbeda.
Namun pada aspek sosial, jemaah berada di tempat baru yang tidak dikenal tanpa pendamping dan orang yang dikenal, dan harus melakukan aktivitas seperti makan dan mandi sendiri.
Padahal di Indonesia mereka dibantu. Di kloter, mereka juga dikucilkan dan ditinggal sendiri di kamar.
“Sudah ditegaskan bahwa yang boleh lolos istithaah kesehatan hanya yang mengalami demensia ringan.
Demensia sedang dan berat itu seharusnya tidak lolos istithaah dan tidak bisa berangkat,” tegas dr. Ahmad Andi pada website resmi Kementerian Kesehatan dilansir, Sabtu (15/6/2024).
Lebih lanjut, dr. Ahmad Andi menyatakan, hampir 90 persen pasien di KKHI Makkah adalah pasien demensia.
Kasus selain demensia adalah depresi skizofrenia, yang sudah diderita pasien sejak masih di Indonesia.
Pasien ini tidak istithaah tetapi tetap dapat berangkat dengan kewajiban minum obat namunpasien ini tidak meminum obatnya sehingga penyakitnya kambuh.
Pasien yang tantrum atau mengamuk hingga tahap agitasi atau gelisah berat akan diberikan tata laksana sesuai kondisinya.
Ada pasien yang cukup minum obat, ada yang perlu disuntik.
Penyebabnya juga harus dikoreksi. Rata-rata mereka dirawat karena dehidrasi dan gangguan elektrolit.
Hal ini yang perlu dikoreksi dengan bekerja sama dengan dokter spesialis lainnya.
dr. Ahmad Andi menjelaskan, jika ada pasien yang hilang kendali dan gaduh gelisah, akan diupayakan dengan cara persuasif.
Jika pasien gaduh gelisah di kloter, di KKHI mereka ditenangkan dengan bahasa lokal, diajak berkomunikasi, dan diberikan rasa aman hingga tenang.
“Kita tidak tahu masa tua kita, apakah sehat normal, atau apakah ada yang merawat kita? Bisa saja mabrurnya petugas karena merawat orang yang tidak kita kenal,” tutupnya.