Sementara itu, dr Ahmad Yani seorang anggota tim TEMS lainnya menjelaskan jika Bu Ai mengalami suhu tubuh tinggi karena heat stroke dan ditambah kadar gula dalam tubuhnya menurun.
"Jadi ibu Ai ini heat stroke tandanya tubuhnya terasa panas suhunya, karena sempat dehidrasi, sepertinya juga gulanya rendah," kata Ahmad Yani.
Ia menjelaskan sesuai prosedur kesehatan maka diberilah cairan infus dan elektrolit untuk mengatasi dehidrasi yang mereka alami.
Petugas pun memberikan cairan glukosa karena tubuhnya lemah karena kemungkinan gula darah Bu Ai menurun.
Dalam waktu singkat, cairan infus dan obat-obatan dimasukkan ke tubuh bu Ai pun bereaksi.
Suhu tubuhnya berangsur menurun dan Bu Ai pun mulai tersenyum.
Ia mengangguk saat ditawari makan oleh petugas.
"Iya, lapar. Alahmdulillah, terimakasih petugas sudah menolong saya," katanya masih dengan suara pelan.
Mendengar Bu Ai lapar, petugas tak tinggal diam dan memberinya pisang.
Baca juga: Pelaksanaan Haji Dinilai Lebih Baik, Yandri Susanto: Pembentukan Pansus Belum Diperlukan
"Bu, makan dulu ya. Ini pisang buat kembalikan energi. Tadi belum makan kan," ucap Baim seorang tim TEMS.
Senyum Bu Ai pun semakin lebar saat disuapi petugas haji.
Kasus dehidrasi yang membuat jemaah haji lemah lalu pingsan banyak ditemukan saat fase jamarat.
Kemungkinan ini sudah diantisipasi PPIH melalui Tim MCR yang ada tim kesehatan di dalamnya.
Menurut dr Ahmad Yani, dalam satu hari selama fase jamarat ini satu tim membawa sekitar 12 pack cairan infus dalam sekali shift jaga.