Sinterklas Jepang ini selama 30 tahun berkecimpung dalam dunia sinterklas ternyata tak pernah mendapat komplain apa pun dari masyarakat. Kebalikannya malah masyarakat menanti-nanti sangat untuk ikut pendidikan sinterklas ini yang hanya ada setahun sekali.
"Mereka sangat antusias sekali mengikuti acara ini dan tidak malu, mungkin karena berpakaian sinterklas dan muka ditutupi jenggot sinterklas, sehingga tak terlihat wajah aslinya. Kalau diadakan di Indonesia juga mungkin menarik, karena ini pendidikan positif, dan kami membatasi tak akan mengaitkan dengan agama. Di Jepang saja yang umumnya beragama Buddha melakukan hal ini. Demikian pula banyak perayaan natal di kuil-kuil di Jepang, tak ada masalah pula."
Apabila acara ini dilakukan di Indonesia, Azuma dengan senang hati akan datang untuk menghibur anak-anak Indonesia, "Yang penting mereka percaya akan sinterklas tidak. Kalau tak percaya mungkin agak repot ya," ungkapnya lagi.
Azuma pada prinsipnya ingin memberikan dan berbagi kebahagiaan kepada sebanyak mungkin orang, khususnya anak-anak, di dunia ini melalui kegiatan sinterklasnya dan tampaknya dia berhasil melakukannya di Jepang terbukti dengan jumlah peminat yang jauh semakin banyak dari tahun ke tahun.
Siapa tahu ada yang mau mensponsorinya mendatangkan sinterklas Jepang ini ke Indonesia. Karya tulisan bukunya pun banyak sekali, setidaknya 30 judul buku telah diterbitkannya. Tentu semua dalam bahasa Jepang.
INTERNASIONAL POPULER