Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Keadaan perekonomian Jepang masih susah saat ini. Hukum Jepang juga semakin mempersulit gerak langkah yakuza Jepang sejak UU Anti Organisasi Kejahatan diimplementasikan Oktober 2011. Mulai tahun 2013 akan semakin banyak yakuza ke luar Jepang. Demikian tulis majalah mingguan Asahi Geino edisi 17 Januari 2013. Sementara penjahat orang asing semakin berani di Jepang.
Tidak dituliskan mengenai Indonesia, namun yang pasti tertulis, kehadiran heroin di Jepang banyak datang dari Malaysia. Lalu obat perangsang (stimulant drugs) dari Afrika, mafia dari Vietnam dan Pakistan mulai terorganisir di Jepang menjadi kelompok perampok dan maling ke rumah-rumah. Mereka mencuri perhiasan dan berlian dari daerah Tohoku lalu dieksporlah hasil kejahatan ke luar Jepang.
"Itulah semuanya yang dilakukan penjahat orang asing di Jepang termasuk penyelundupan heroin dan narkoba banyak sekali dilakukan orang asing yang ada di Jepang," ungkap seorang anggota yakuza dari kelompok Kanto.
Cari uang sudah semakin sulit di Jepang, diakuinya, maka bukan tidak mungkin semakin banyak anggota yakuza ke luar Jepang karena kelihatan lebih menguntungkan ketimbang di Jepang dan lebih bebas, tidak seperti di Jepang sangat ketat sekali saat in pengawasan kepada yakuza oleh para anggota kepolisian Jepang.
Mereka akan berusaha membentuk markas yakuza di luar Jepang, "Mereka yang berhasil membentuk markasnya di luar Jepang, biasanya memiliki kekuatan finansial dan memiliki koneksi yang baik di komunitas lokalnya dan mereka pun juga sangat pintar," tambahnya lagi.
Sumber Tribunnews.com di kepolisian Jepang juga membenarkan hal tersebut dan di Indonesia juga sudah masuk yakuza yang telah memiliki jaringan atau kelompok sendiri khususnya di kalangan orang Jepang yang ada di Indonesia, bercampur dengan orang Indonesia untuk menyamarkan dirinya tak terlihat sebagai yakuza.
"Mereka yang ada di luar Jepang bila pintar tentu akan kuat di sana dan di Jepang pun juga sama memiliki shinoji (pendanaan) yang baik pula. Tetapi bagi yakuza yang tidak pintar biasanya akan tertahan di luar negeri karena dia pun biasanya juga tak punya uang," tekan sumber itu lagi.
Bagi yang berhasil dan punya uang, sebagai anggota yakuza memiliki solidaritas tinggi kepada markasnya di Jepang dan biasanya akan memasok sebagian uangnya ke Jepang atau bahkan dipanggil pulang ke Jepang oleh bos Yakuzanya yang ada di Jepang.
"Tahun ini pasti akan banyak yakuza ke luar Jepang tetapi juga hal itu kemungkinan berarti akan semakin banyak anggota yakuza yang ditangkap polisi. Jadi untuk kabur dari kejaran polisi juga, mereka akan lari ke luar Jepang."
Mereka ingin bertahan manghadapi hidupnya sebagai seorang yakuza maka segala cara akan dilakukan termasuk lari ke luar Jepang dan berusaha membentuk jaringan di luar Jepang.
Di lain pihak di Jepang akan semakin merebak luas kelompok han-gure (mantan geng motor) yang tidak memiliki organisasi terstruktur seperti yakuza. Hanya kumpul-kumpul lalu bubar. Demikian pula Bosozoku, geng motor liar yang seringkali muncul tengah malam dan kejar-kejaran dengan polisi karena suara motor sangat keras, filter sengaja dilepas.
Mereka itu tidak termasuk klasifikasi organisasi kejahatan. Karena itu yakuza mulai memanfaatkan mereka ini untuk ujung tombak bergerak, karena mereka tidak akan terkena pasal mana pun dalam UU Anti Organisasi Kejahatan tersebut, sehingga bebas masuk ke berbagai lapisan dan tempat di masyarakat.
Kelompok yakuza yang ada di luar Jepang pun, apabila tidak pintar berstrategi, akan ada kemungkinan bentrok dengan preman lokal setempat. Hal ini sangat berbahaya, ungkap anggota yakuza tersebut.
Menurut sumber Tribunnews.com di kepolisian Bali, keadaan tersebut pernah terjadi di Bali. Seorang yakuza bentrok dengan preman setempat sehingga polisi meminta sang yakuza kembali ke Jepang daripada ribut di Bali.
INTERNASIONAL POPULER