Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Tidak ada organisasi Yakuza (termasuk anggotanya) yang bayar pajak. Hal ini sudah diketahui pihak pajak. Tapi laporan pajak harus ada karena keharusan dari UU yang ada di Jepang. Ya lapor penghasilan kecil sekali sehingga hasil akhir, tak ada pajak yang harus dibayar.
Demikian ungkap pengarang buku "Yakuza dan Genpatsu" terkenal di Jepang, Tomohiko Suzuki, khusus kepada Tribunnews.com, Selasa (16/4/2013), di Ikebukuro, Tokyo.
"Kalau lapor pajak kan ketahuan semua sumber keuangan dan justru membahayakan income kelompok tersebut, termasuk pula ketahuan kegiatan yang dilakukan," paparnya.
Hal ini mirip dengan yang pernah disampaikan pakar yakuza, Manabu Miyazaki beberapa waktu lalu, "Tidak mungkin jual beli senjata, lalu dapat untung sekian juta yen dilaporkan ke kantor pajak bukan? Jadi Yakuza memang tidak lapor pajak, semua orang juga sudah tahu."
Di kalangan yakuza juga ada tim khusus untuk berbagai bidang, misalnya tim akuntingnya sehingga membuat, lebih tepat dikatakan mengarang, laporan keuangan sehingga tak perlu bayar pajak. Ada pula anggota khusus yang bergerak di bidang hukum, menjadi pengacara, sehingga Yakuza pun tetap selalu bisa dibela dalam segala hal.
"Sebagai pengacara ya harus membela Yakuza saat diperlukan, berhadapan dengan hukum yang ada. Itulah gunanya Pengacara. Jadi mereka punya sendiri Pengacara," paparnya lagi.
Yakuza memang perlu berdiri kuat dari segi hukum. Organisasi ini memang sah di Jepang. Namun akibat UU Anti Yakuza saat ini, keuangan Yakuza yang dulu pernah di ungkapkan pihak kepolisian Jepang sekitar 1,07 triliun yen, kini sudah sangat menurun. Bahkan Suzuki pun membantah info polisi tersebut.
"Dari mana bisa tahu polisi bahwa kekayaan Yakuza lebih dari satu triliun? Yakuza tidak bayar pajak, tidak ada catatan jelas tertulis. Itu sih hanya khayalan belaka dari polisi, hanya angka kira-kira yang tidak jelas dasarnya," ungkapnya, blak-blakan.
Meskipun demikian Suyzuki yakin jumlah kekayaan Yakuza menurun drastis saat ini. "Kalau kini miskin Yakuza saya percaya. Kekayaannya sangat berkurang saat ini sehingga kelompok-kelompok yakuza saat ini banyak yang diam, tenang, tak bersuara, bingung berpikir bagaimana mendapatkan income yang baik dan besar di tengah kesusahan cari uang dewasa ini."
Satu dari sejumlah pendapatan dari kelompok yakuza, khususnya Yamaguchi-gumi, saat masih ada Tadamasa Goto, pendiri Goto-gumi yang berafiliasi ke Yamaguchi-gumi, ternyata dari Soka Gakkai.
Dalam buku karangan Goto, Habakarinagara, dengan jelas tertulis kemesraan dan keterkaitan Goto dengan Soka Gakkai. Kelompok Soka Gakkai adalah kelompok gerakan berafiliasi ke agama Buddha yang menurut informasi situsnya menuliskan untuk mempromosikan perdamaian, budaya dan pendidikan, lewat transformasi personal dan kontribusi sosialnya, melalui konsep Buddha. Kelompok ini pula banyak disebutkan sebagai mesin uangnya partai Komei (Komeito), koalisi pemerintah Jepang saat ini yang dipimpin Perdana Menteri Shinzo Abe (partai liberal atau LDP).
Dengan demikian, menurut Suzuki, keterlibatan Soka Gakkai jelas dengan Yakuza yang berarti ada keterkaitan uang yakuza dengan kelompok yang menyebut dirinya berkonsep Buddha itu. Soka Gakkai pun memiliki kantor di Kemayoran, Jakarta. Kelompok ini juga memiliki universitas bernama Universitas Soka di Jepang.
Pendapatan lain yakuza tentu dari berbagai kegiatan judi, dunia pelacuran dan entertainment, narkoba, pemerasan dan sebagainya.
Info lengkap yakuza baca di www,yakuza.in