TRIBUNNEWS.COM, ROMA - Kepolisian Italia, Rabu (2/4/2014), menahan 24 orang yang diduga akan melakukan tindakan teror setelah menggagalkan sebuah rencana menduduki Lapangan Santo Markus, Venesia dengan menggunakan senjata api dan tank rakitan.
Polisi mengatakan orang-orang itu merupakan anggota sebuah kelompok yang menamakan dirinya "The Alliance" terkait tuduhan konspirasi terorisme dan melawan demokrasi.
Jika terbukti melakukan kedua kejahatan itu, maka ke-24 orang itu bisa diganjar hukuman penjara maksimal selama 15 tahun.
Kelompok bawah tanah yang terbentuk dari gabungan berbagai kelompok separatis dari kawasan Lombardy, Sardinia, dan Veneto berencana untuk "membebaskan" lapangan bersejarah itu dengan menggunakan senjata yang mereka peroleh dari mafia Albania dan mendirikan sebuah pemerintahan sendiri.
Mereka merencanakan serangan dengan kekuatan ratusan orang, sebagian dari mereka bersenjata dan kebangkitan warga Italia utara yang terpengaruh krisis ekonomi. Demikian pernyataan kepolisian.
"Tank itu dibuat untuk melakukan sebuah aksi spektakuler di Lapangan Santo Markus," kata polisi sambil menambahkan kelompok itu menjuluki kendaraan itu dengan nama "Tanko".
Sejumlah media lokal menyebut salah satu orang yang ditahan polisi itu bernama Franco Rocchetta, mantan anggota parlemen dari partai Liga Italia Utara yang menggagas referendum yang terinspirasi dari krisis Crimea.
Rencana itu muncul setelah dua juta warga Venesia dan wilayah sekitarnya bulan lalu menginginkan kemerdekaan dari Italia dan mendirikan negara terpisah.
Keinginan merdeka itu dituangkan dalam sebuah jajak pendapat di internet, meskipun tidak mengikat secara hukum, namun menunjukkan keinginan merdeka yang sangat kuat dari sejumlah wilayah di Italia utara.(AFP/Kompascom)