TRIBUNNEWS.COM - Dua kapal angkatan laut Bangladesh, sejak Selasa (29/4/2014) malam dikerahkan untuk menemukan pesawat Malaysia Airlines MH370 di Teluk Benggala.
Pengerahan kapal-kapal tersebut dilakukan setelah perusahaan survei GeoResonance pada Senin (28/4/2014) menyatakan melihat puing-puing di Teluk Benggala yang diperkirakan sebagai puing MH370.
Juru bicara GeoResonance, David Pope mengatakan, untuk membantu menemukan MH370, GeoResonance telah mengamati wilayah seluas sekitar dari 2 juta km yang jadi kemungkinan lokasi akhir MH370. Pengamatan dilakukan antara lain berdasarkan gambar yang didapat dari satelit maupun pesawat.
David menjelaskan, dalam pencarian MH370, pihaknya juga menggunakan sekitar 20 teknologi, termasuk teknologi elektromagnetik untuk menganalisa reaktor nuklir. David juga mengatakan bahwa teknologi yang digunakan perusahaannya, adalah teknologi yang dirancang untuk menemukan hulu ledak nuklir pada kapal selam.
GeoResonance menyatakan telah membandingkan gambar-gambar sebelum dan sesudah pesawat MH370 hilang pada penerbangan Kualalumpur-Beijing, 8 Maret 2014. Hasilnya, GeoResonance menemukan citra yang diperkirakan sebagai puing-puing pesawat MH370. "Puing-puing itu tidak ada sebelum hilangnya MH370," kata David. "Perusahaan tidak menyatakan itu adalah MH370, namun itu harus diselidiki," katanya.
Namun, teori yang diajukan GeoResonance ditepis oleh tim resmi pencari MH370, The Joint Agency Coordination Centre (JACC), yang terdiri atas beberapa negara dan bermarkas di Australia. Lewat pernyataan resminya, JACC menjelaskan bahwa pencarian oleh tim yang dipimpin Australia mengandalkan kepada informasi dari satelit dan data lainnya untuk menentukan lokasi pesawat.
Seperti diberitakan, pesawat MH370 yang mengangkut 239 penumpang dan awak, hilang dalam penerbangan Kualalumpur-Beijing, 8 Maret 2014. Sejak itu, pesawat diperkirakan jatuh di Laut China Selatan, antara Malaysia dan Vietnam.
Namun, 24 Maret, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengumumkan bahwa berdasarkan data satelit, MH370 telah 'berakhir' di Samudera Hindia, antara 1.600 km hingga 2.500 km di sebelah barat Perth, Australia.
Sejak itu, dilakukan pencarian lewat udara maupun kapal selam tanpa awak dilakukan di Samudera Hindia. Namun, MH370 tak kunjung ditemukan. Bahkan, pada per 30 April lalu, pencarian lewat udara dihentikan. Pencarian MH370 lebih lanjut akan dilakukan menggunakan kapal selam tanpa awak.
Sementara itu, seorang pilot asal Amerika Serikat (AS), Michael Hoebel, mengaku menemukan puing MH370 melalui satelit. Michael mengaku menghabiskan waktu berjam-jam memperhatikan gambar melalui situs Tomnod.com.
Setelah beberapa waktu, Michael menemukan gambar yang ia yakini sebagai reruntuhan MH370. Gambar itu ia temukan di di wilayah timur laut pesisir Malaysia atau sebelah barat dari Songkhla di Thailand. (bdnews24.com/cnn/theguardian/yog)