Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Batu diberikan nomor satu persatu mungkin baru pertama kali ini kita ketahui. Tapi di Pulau Okinoshima, pulau sakral tempat ibadah ini batu memiliki jiwa dan nomor registrasi. Dua batu besar pun mengapit seolah menjaga satu-satunya kuil di sana.
Itulah Kuil Munakata Taisha Okitsu, yang didedikasikan bagi tiga dewi Munakata tiga dewi (Tagori Hime no Kami). Kuil tersebut diapit oleh dua batu nomor satu dan nomor dua. Sisanya ada 19 baru yang memiliki nomor satu per satu. Semua sangat penting dan dianggap memiliki jiwa. Kalau pun hilang (misalnya dicuri) dapat ketahuan.
Pulau Okinoshima dengan satu kuil tersebut diusulkan sebagai Warisan Dunia, oleh Badan Urusan Budaya Dewan Kebudayaan Jepang pada 28 Juli 2015 dan diharapkan tahun 2017 ditetapkan oleh UNESCO, badan pendidikan dan kebudayaan PBB.
Bagian tertinggi dari pulau tersebut ada mercusuar tak berawak dari Japan Coast Guard dengan ketinggian 253 meter dari permukaan laut.
Okinoshima tak berpenghuni dan tak boleh dihuni. Hanya boleh ditata oleh satu orang pendeta Shinto yang dilakukan bergilir dari pemda Munakata. Pendeta itu pun setiap pagi berendam, bersemedi, berdoa, berdiri di laut pinggir pantai menghadap kuil untuk memohon kedamaian selalu.
Periode Jomon sekitar 12.000 tahun sebelum masehi pulau ini memang sudah ada. Lalu dilewati banyak orang yang menyusuri Silk Road mulai Timur Tengah sampai ke berbagai negara di Asia melewati Okinoshima tersebut sehingga barang mereka pun (dari Timur Tengah) dapat ditemukan di pulau tersebut berapa gelas atau kaca.
Ritualnya dimulai diperkirakan sekitar akhir abad ke-4 karena masuknya pendeta ke sana dan membentuk Kuil Shinto yang ada.
Dengan pembentukan kuil dan semakin sakralnya daerah tersebut, batu-batu pun akhirnya diberi nomor, seolah memiliki nama, sebagai "penjaga" roh-roh yang ada di pulau tersebut.
Setelah Perang Dunia II, dibentuklah Asosiasi Munakata Taisha Kisei dengan presiden pertama Sazo Idemitsu. Antara 1954 - 1971 penggalian dilakukan, dan ditemukan peninggalan ritual Candi Okitsu serta penemuan batu-batuan ritual tersebut.
Di masa lalu juga terjadi peperangan Tsushima dari Okinojima melawan Munakata Shigerumaru (imam Shinto, Munakata Taisha).
Pertempuran ini pun sempat dimasukkan ke dalam drama NHK yang seolah memainkannya di Okinoshima. Namun syuting film tentu saja di pulau replika bukan di Okinoshima sebenarnya, karena dilarang sebagai pulau ritual sakral.
Dari penduduk setempat Tribunnews.com mendengar tak ada dampak kerusakan apa pun saat bencana alam muncul baik itu gempa bumi, angin taifun dan sebagainya. Semua itu dilindungi oleh tiga dewi yang ada di sana. Begitu sakralnya pulau ini sehingga banyak orang percaya kalau ke sana, berdoa di kuil tersebut, impiannya akan menjadi kenyataan.
Penasaran bukan? Ratusan bahkan akan mencapai ribuan orang akan ke sana, tetapi undian akan menentukan siapa, hanya 200 orang yang bisa ke sana, itu pun hanya pada tanggal 27 Mei saja.