TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Usai tragedi pemboman yang menewaskan sekitar 95 orang pada Sabtu (10/10/2015) lalu, ratusan ribu warga yang berduka berkumpul untuk berkonvoi dan melakukan unjuk rasa menentang Pemerintah Turki.
Menurut The Washington Post, para pengunjuk rasa meneriakkan kalimat perlawanan terhadap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang kerap dikatakan sebagai pembunuh atas insiden pemboman tersebut.
Para pendemo, dikutip dari Huffington Post, berkumpul di Sihhiye Square, Ankara, Turki, Minggu (11/10/2015), dan kompak mengacungkan dua jari simbol damai, sambil berteriak: "Pemerintah si dalang pembunuhan akan diadili!"
Hingga kini belum dapat disebutkan siapa dalang di balik pemboman yang menelan nyawa puluhan aktivis perdamaian Turki itu. Pihak pejabat Turki mengatakan itu ulah ISIS, namun ada pula yang menyebut pelakunya adalah militan dari partai buruh Kurdistan.
Sedangkan, sejumlah kritik menyalahkan pemerintah dan lemahnya penjagaan di perbatasan Suriah, sehingga militan kelompok ekstremis bisa lewat sesuka hati dann banyak tindak kekerasan terjadi di negara itu.
"Ada dua pelaku bom bunuh diri tersebut, tapi kami belum bisa mengidentifikasi mereka," jelas seorang pejabat Turki, pada Minggu, menambahkan bahwa investigasi masih dilakukan.
Ketegangan antara pemerintah dan warga etnis Kurdi di Turki semakin parah dalam beberapa bulan terakhir ini. Selain konflik itu, ketidakstabilan kondisi negara itu pun diperparah oleh imbas konflik yang terjadi di Suriah.
Pada Sabtu lalu, dua ledakan bom bunuh diri terjadi di Ankara, saat sebuah unjuk rasa sedang dilakukan oleh kubu pro-etnis Kurdi dan berlangsung damai. Kementerian Kesehatan Turki mengatakan insiden itu menewaskan 95 orang dan melukai lebih dari 500 orang. (The Washington Post/Huffington Post)