News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Israel dan Inggris Ancam Boikot Donald Trump, China Mengecam

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kandidat capres Partai Republik Donald Trump berbicara di hadapan hadirin kampanyenya di sebuah SMA di Rochester, New Hampshire, AS, Kamis (17/9/2015). (AP Photo/Robert F. Bukaty)

TRIBUNNEWS.COM, INGGRIS - Politisi Israel dan ratusan ribu warga Inggris mendesak pemerintah masing-masing buat mengenakan larangan masuk buat Donald Trump.

Bakal calon presiden Partai Republik itu sebelumnya sesumbar bakal menutup perbatasan AS buat kaum Muslim.

Tuntutan tersebut melengkapi reaksi dunia terhadap ucapan tajam raja properti tersebut. Sejumlah politisi Israel mendesak agar kunjungan Trump pada akhir Desember mendatang dibatalkan.

"Saya mendukung perang melawan terorisme, tetapi saya tidak akan mendeklarasikan boikot atau ostrasisme terhadap kaum Muslim secara umum," tandas Menteri Energi Israel, Yuval Steinitz, yang dikenal sebagai tangan kanan PM Benjamin Netanyahu.

Omar Bar-Lev, politisi partai Zionist Union, bahkan menyebut Trump seorang "rasialis".

Tekanan juga muncul dari kantor perdana menteri Israel. Kendati tidak membatalkan kunjungan yang telah ditetapkan dua pekan silam, Netanyahu menolak komentar Donald Trump terkait kaum Muslim, tulis juru bicaranya.

Sementara itu, lebih dari 370.000 penduduk Inggris menandatangani petisi online buat memasukkan Trump dalam daftar hitam keimigrasian.

Sebuah universitas di Skotlandia bahkan mencabut gelar kehormatan yang diberikan pada 2010 silam. Gelombang protes juga memaksa 190 toko perhiasan dan barang mewah yang dimilikinya di Timur Tengah, Trump Home, banting harga.

China sekalipun melayangkan kritik tak langsung terhadap Trump.

"Kami mengecam setiap tudingan yang menghubungkan aksi terorisme dengan etnis atau agama tertentu," ucap Hua Chunying, juru bicara Kementerian Luar Negeri.

Trump sebelumnya telah lebih dulu mendapat kecaman dari Gedung Putih, Kongres AS, PBB, Pemerintah Inggris dan Perancis, serta dari rekan-rekan separtainya sendiri.

Sumber : Deutsche Welle

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini