Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pertemuan Masyarakat Kopi Jepang di Gakushikaikan Sabtu (12/12/2015) membahas mengenai kopi Indonesia baik Robusta maupun Arabica dan jenis lainnya.
Dari diskusi yang diikuti sekitar 20 pengusaha Jepang, ternyata muncul pula keingintahuan mengenai kelanjutan kebakaran hutan besar yang terjadi di Sumatera dan mengganggu udara Singapura maupun Malaysia.
"Bagaimana kabar kebakaran hutan tersebut yang tampaknya terjadi tiap tahun dan kini asapnya sangat mengganggu negara tetangga Indonesia, dan apa kelanjutannya untuk masa depan?" tanya seorang peserta.
Seorang wartawan Indonesia yang telah 25 tahun di Jepang, Petrus Antonius menjadi pembicara dalam kegiatan ini. Dia mengungkapkan kejadian tersebut memang dampak dari penyelewengan beberapa pemegang HPH di sana.
"Namun hal ini sedang diselidiki dan kemungkinan akan dicabut semua perizinannya. Saat ini Indonesia semakin ketat dalam pemberian izin bidang kehutanan dan Presiden telah menyampaikan perintahnya untuk memperketat penjagaan hutan agar para oknum tak bisa sembarangan lagi membakar hutan," kaya Petrus.
"Selain itu gelombang panas El-Nino yang kebetulan lewat Sumatera pun ikut pula membakar kawasan tersebut sehingga hutan terbakar cukup banyak. Dengan segala antisipasi yang ada ditambah bantuan pemadam kebakaran hutan, kini telah padam dan semoga saja di masa mendatang akan lebih baik lagi, tidak terbakar seperti sebelumnya," ungkapnya lagi.
Para peserta masyarakat kopi Jepang sangat tertarik dengan berbagai macam kopi, sekitar 70 macam, yang ada di Indonesia. Namun yang terbanyak adalah Robusta dan Arabica.
Demikian pula kopi Starbucks yang ada di Indonesia ikut dipertanyakan karena harganya mahal, mirip dengan harga kopi Starbucks yang ada di Tokyo, namun tetap saja banyak yang minum ke Starbucks tersebut.
Seorang peserta wanita mempertanyakan kopi jahe yang ditemukan di Indonesia ternyata sangat enak dan sangat cocok dengan keinginannya.
"Tidak begitu manis, saya suka kopi jahe tersebut. Apakah itu masuk dalam kebudayaan Indonesia?" tanyanya.
Pembicara juga menjawab bahwa orang Indonesia suka minum kopi dan suka manis sehingga umumnya baik kopi maupun teh biasanya pasti manis karena Indonesia negara yang cukup panas. Kopi jahe pun salah satu jenis kopi yang disukai orang Indonesia.
Namun dijelaskan pula adanya jamu tradisional Indonesia yang ternyata menarik perhatian para peserta masyarakat kopi tersebut.
Keberhasilan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga ikut menarik para peserta akan semaraknya gerakan pertumbuhan bisnis di Indonesia.
Sehingga beberapa peserta berkeinginan datang ke Indonesia untuk melihat sendiri kemajuan perekonomian yang telah dicapai di Indonesia dewasa ini.
"Seandainya saya buka restoran Jepang di Jakarta bagaimana ya, apakah bisa laku?" tanya seorang peserta dan berbagai pertanyaan mengenai kesempatan bisnis di Indonesia nantinya.
Namun di lain hal, pengusaha Jepang tersebut juga mengeluhkan macet yang luar biasa di Jakarta saat dia datang Juni lalu.
"Makan waktu banyak di jalan ya kalau macet, kita sulit berbisnis kalau seperti itu," tambahnya.