Petunjuk pertama, seperti dimuat situs Publicintegrity, dilihat dari letak geografisnya. Meski termasuk wilayah subur, wilayah-wilayah terdampak sangatlah panas.
Kedua, para pekerja harus banting tulang di bawah terik matahari, dan kontak langsung dengan pestisida.
Dan petunjuk selanjutnya adalah, adanya kondisi dehidrasi akut yang banyak dialami oleh pekerja kebun. Mereka kurang minum dan hanya meneguk air tanah setempat yang mungkin terkontaminasi.
'Lebih Mematikan dari HIV/AIDS'
Di Amerika Tengah kondisi mengenaskan ini disebut dengan creatinina. Sementara di Sri Lanka, masih tanpa nama.
Di kalangan peneliti creatinina adalah julukan bagi penyakit ginjal yang tidak diketahui asal-muasalnya atau chronic kidney disease of unknown origin (CKDu)
Creatinina dapat dikatakan suatu kondisi yang cukup 'unik'. Bagaimana tidak, penderita dari creatinina paling banyak dialami oleh pria muda yang berprofesi sebagai pemotong tebu, yang berasal dari El Salvador, Nikaragua, dan Kosta Rika.
Meski penderita creatinina meninggal dunia di usia 40 sampai 50 tahun, tapi penderitanya mulai mengalami kesakitan di usia yang relatif muda, 20 sampai 30 tahun.
Melansir CNN pada Senin (19/1/2015) peneliti dari Boston University School of Public Health, Daniel Brooks, menjelaskan bahwa creatinina tidak memiliki gejala awal.
"Ketika pasien mengalami gejala seperti kelelahan, nyeri, dan tekanan darah tinggi, sebagian besar fungsi ginjalnya sudah keburu hilang."
Padahal, lanjut Brooks, penderita penyakit ginjal akan kebanyakan baru meninggal dunia ketika menginjak usia 70 sampai 80 tahun.
Brooks sendiri tidak mengetahui penyebab banyaknya masyarakat di tiga wilayah itu yang paling banyak menderita creatinina.
Namun, peneliti dari Universidad Nacional, Heredia, Kosta Rika, dan Karolinska Institute, Stockhol, Cathrina Wesseling percaya bahwa ini creatinina dapat muncul akibat dehidrasi saat bekerja yang dikombinasikan dengan sejumlah faktor lain yang berasal dari lingkungan.
Sebelum melontarkan ucapannya ini, pada 2012 Cathrina, terlebih dahulu melakukan satu studi yang melibatkan 256 orang pria dan 408 orang wanita dari 5 desa di El Savador.