Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Para pengungsi gempa bumi yang berkekuatan 7,3SR di Kumamoto tidak sedikit yang tinggal di dalam mobilnya sendiri.
Demikian pula yang tinggal di depan rumahnya membuat rumah plastik sendiri.
"Sejak gempa bumi karena takut dan rusak rumah, kami buat rumah plastik sendiri di depan rumah dan kehidupan pindah ke sini," papar Keiko Murakami (75) warga Hirata yang ada di kota Minami Aso perfektur Kumamoto kepada pers Rabu ini (20/4/2016).
Sekitar 150 orang penduduk di Hirata tidak pergi ke tempat penampungan pengungsi.
Mereka membuat rumah plastik sendiri atau tinggal di dalam mobilnya karena ketakutaan dengan gempa susulan yang mungkin saja lebih besar lagi.
Murakami misalnya, memasak sup miso instan dan kue-kue di bidang pertanian, di dalam rumah plastiknya itu dengan seadanya buatan sendiri. Demikian pula acar plum, untuk sarapan paginya.
Daerah Hirata ini sebenarnya daerah pertanian yang terkenal dengan melon dan buah-buahan lain.
Sisa penduduk yang tinggal di dalam mobil juga sering turun naik mobil untuk merenggangkan tubuhnya sambil berolahraga kecil menormalkan jalan darahnya agar sehat.
Rumah Murakami hancur akibat gempa dahsyat tersebut. Namun dia tetap memilih tinggal di rumah plastik di kebun tempatnya sendiri.
Menurut pemadam kebakaran setempat, sekitar 150 orang mengungsi di mobil, 70% sampai 80% diperkirakan berusia lebih dari 65 tahun.
Banyak rumah membuat beras dan sayuran sendiri di kebun dan tanah mereka, tetapi lauk pauk lain tak ada. Air juga berhenti mengalir.
Toilet dibuat dengan menggali tanah kebunnya dan dipendam di sana untuk buang air besar.
Sedikitnya 20 orang korban meninggal di Mashiki tersebut. Sedangkan dari daerah Hirata sedikitnya tiga warga tewas.