TRIBUNNEWS.COM, BERLIN- Pimpinan Uni Eropa Jerman, Prancis, dan Italia memastikan tidak akan menggelar perundingan informal dengan Inggris hingga pembahasan Pasal 50.
Kanselir Jerman Angela Merkel menjadi tuan rumah pada pertemuan di Berlin dengan Presiden Prancis Francois Hollande dan Perdana Menteri Italia Matteo Renzi.
Para pemimpin tersebut menyerukan adanya "strategi baru" untuk memperkuat Uni Eropa.
Ketiga pimpinan Eropa itu sangat menyayangkan keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa.
"Ini merupakan keputusan yang sangat menyakitkan dan disesalkan," kata Merkel.
Merkel juga bilang, dalam kesepakatan Pasal 50, dituliskan secara gamblang bahwa negara yang ingin keluar dari Uni Eropa harus mengirimkan pemberitahuan secara formal kepada Dewan Eropa.
"Tidak ada langkah-langkah yang bisa diambil hingga hal itu dilakukan. Jika pemberitahuan sudah dikirim, Dewan Eropa dapat mengeluarkan sejumlah panduan untuk negosiasi selanjutnya," papar Merkel.
Itu artinya, lanjut Merkel, tidak akan ada perundingan informal maupun formal terkait British Exit hingga Dewan Eropa menerima permohonan Inggris keluar dari Uni Eropa.
Presiden Hollande dan PM Renzi menekankan pentingnya untuk memproses British Exit secepat mungkin dan fokus pada tantangan yang akan dihadapi 27 negara Eropa lainnya, seperti memerangi terorisme dan memperkuat perbatasan.
"Merupakan tanggungjawab kami agar permasalahan Brexit ini tidak berlarut-larut dan menjawab pertanyaan 27 negara lainnya. Tidak ada yang lebih buruk dari ketidakpastian," kata Hollande.
"Di sisi lain, kami merasa sedih. Namun, ini merupakan saat yang tepat untuk menulis sejarah baru di Eropa terhadap apa yang mempersatukan kami," jelas Renzi.
Kabar Baru dari London
Perdana Menteri David Cameron memberikan konfirmasi di hadapan parlemen bahwa Inggris belum siap untuk memulai proses penarikan diri secara formal.
"Sebelum kita melakukan hal itu, kita harus memutuskan jenis hubungan seperti apa yang diinginkan dengan Uni Eropa," kata Cameron.