TRIBUNNEWS.COM, DHAKA – Sejumlah ilmuwan Islam di Banglades mengutuk keras serangan teror di Dhaka yang menewaskan lebih dari 20 orang, Jumat (1/7/2017) malam.
Menurut para ilmuwan Islam di negeri itu, menyerang warga non-Muslim bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Dalam pidatonya Sabtu sore (2/7/2016), Perdana Menteri Banglades Sheikh Hasina menyebut para penyerang itu “tidak Islami”, seperti dilaporkan Voice of America.
Sejumlah militan menyerbu restoran Holey Artisan Bakery, Jumat malam sambil meneriakkan “Allahu Akbar”.
Penyerang juga menembakkan senjata api, sambil menyandera beberapa orang.
Pasukan Banglades menyerbu restoran itu setelah negosiasi gagal dan terjadi baku tembak lebih dari 10 jam dan menyelamatkan 13 orang sandera.
Ketika penyanderaan berakhir, pihak berwenang menemukan 20 korban sipil, sebagian besar warga asing, yang dibacok hingga tewas oleh para penyerang. Selain itu dua polisi juga tewas.
Di antara korban tewas itu sembilan warga Italia, tujuh warga Jepang, dan satu warga India.
Enam penyerang tewas, sementara satu lainnya berhasil ditangkap. Sehingga total korban tewas sekitar 28 orang.
Pihak berwenang yakin sebagian besar korban dibunuh beberapa jam setelah penyanderaan terjadi.
Beberapa yang selamat melaporkan, para militan membunuh hanya sandera yang tidak bisa membaca ayat Al Quran.
Para pemuka dan ulama Islam mengecam sekarang di Dhalka.
Ulama terkemuka Banglades, Maulana Fariduddin Masoud, yang juga pemimpin Jamiatul Ulama Banglades (BJU) – suatu badan yang mengayomi para ilmuwan Islam di Banglades – mengecam pembunuhan tersebut.
Masoud mengatakan, pembunuhan orang yang tidak berdosa oleh para tersangka Islamis itu merupakan tindakan barbar. Militan yang menarget non-Muslim adalah antitesa atas ajaran Islam.