News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Presiden Filipina Tuding Amerika yang Sengaja Menciptakan Teroris

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rodrigo Duterte

TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Jumat (9/7/2016), melontarkan menyebut intervensi AS menjadi penyebab konflik berdarah di Irak dan Timur Tengah.

Dalam pidatonya itu Duterte menegaskan, kebijakan AS di Timur Tengah yang menjadi penyebab utama berbagai serangan maut di negeri itu.

"Bukan Timur Tengah yang mengekspor terorisme ke AS, tetapi AS yang mengimpor terorisme," ujar Duterte.

"AS memaksakan kehendaknya di Irak. Lihat seperti apa Irak sekarang, lihat seperti apa Libya sekarang, lihat apa yang terjadi terhadap Suriah," ujar Duterte di hadapan komunitas Muslim kota Davao.

"Orang-orang, termasuk anak-anak, sedang dimusnahkan di sana," tambah Duterte.

Duterte lalu menyampaikan keuntungan yang diperoleh jika menjaga hubungan baik dengan China, termasuk tawaran China yang akan mendanai pembangunan rel kereta api di Filipina.

Di masa pemerintahan Benigno Aquino, hubungan Filipina dan China sangat buruk terkait masalah di Laut China Selatan. Di sisi lain, Aquino meningkatkan hubungan negara itu dengan Amerika Serikat.

Meski mengkritik AS, sejauh ini belum terlihat indikasi bahwa pemerintahan Duterte akan melonggarkan hubungan baik Filipina dengan Amerika Serikat.

Salah satunya adalah pakta pertahanan yang ditandatangani kedua negara pada 2014. Pakta ini mengizinkan AS secara temporer menempatkan pasukannya dan membangun fasilitas operasi di kamp-kamp militer Filipina.

Pakta pertahanan Filipina dan AS ini sangat dikecam China.

Di dalam negeri, Duterte memberi posisi dua jabatan menteri untuk tokoh komunis dalam upayanya menghentikan pemberontakan kelompok komunis ini.

Pidato Duterte di Davao ini difokuskan terkait rencananya membuka pembicaraan damai dengan dia kelompok terbesar pemberontak Muslim di Mindanao.

Rencana Duterte termasuk mengubah Filipina menjadi negara federal sehingga memberikan peluang bagi daerah-daerah miskin seperti Mindanao untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan ekonomi.

Duterte bahkan sudah meminta agar umat Muslim Filipina mendukung upayanya tersebut.

"Sebagai sebuah bangsa, kita harus duduk bersama. Mengapa kita harus saling membunuh?" ujar Duterte.

Khusus soal kelompok Abu Sayyaf yang gemar menculik warga asing untuk ditukar uang tebusan, Duterte belum menjelaskan dengan rinci rencananya mengatasi masalah ini.

Duterte hanya pernah memberikan peringatan agar Abu Sayyafmenghentikan aksi penculikannya atau menerima konsekuensinya.

Sumber: Associated Press

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini