Laporan wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Seorang ulama Turki bernama Fethullah Gulen telah dituduh menjadi dalang kudeta di negara tersebut.
Gulen merupakan seorang ulama Sunni yang selama ini tinggal mengasingkan diri di Pennsylvania, AS, sejak 1999.
Ia lahir dan dibesarkan di Turki dan aktif sebagai imam sejak 1960-an, menyebarkan pentingnya toleransi dan kemodernan sebagai muslim Sunni.
Sebuah kelompok gerakan pengikutnya, Hizmet, yang beraliran Sunni moderat lalu terbentuk dan hingga kini masih Gülen bina dari tempat pengasingannya.
Peran Hizmet di Turki sangat dikenal di bidang pendidikan yang mengedepankan pendidikan untuk sekolah-sekolah agama.
Hizmet dan kelompok lain pendukung Gulen kemudian mendirikan sekitar 100 sekolah charter, yaitu sekolah swasta yang mendapat subsidi pemerintah.
Sekolah-sekolah binaan Hizmet mengaplikasikan kurikulum Barat, yaitu mengutamakan pendidikan ilmu pengetahuan dan matematika.
Meski berlabel sekolah agama, tidak ada pendidikan agama yang diajarkan dalam kelas, hanya praktik agama saja diaplikasikan sebagai gaya hidup siswa.
Kelompok yang beryakinan pada demokrasi sekuler itu terus berkembang, bahkan hingga menjalin hubungan dengan komunitas lintas kepercayaan.
Namun, sekulerisme tidak diterima baik sebagian warga Turki dan Gulen kerap mendapat tekanan dari pemerintah terdahulu Turki.
Sampai akhirnya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan partainya yang melabeli diri sebagai Islam moderat dan konservatif, berkuasa.
Erdogan lalu menjalin aliansi dengan Gulen dan Hizmet, sebelum akhirnya pecah pada 2013.
Perselisihan antara Erdogan dan Gülen disebabkan skandal korupsi yang mencekal Erdogan dan pemerintahannya.