TRIBUNNEWS.COM, ANKARA- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Sabtu (30/7/2016) lalu menyampaikan rencananya menutup akademi militer negeri pasca-kudeta yang gagal.
Kepada stasiun televisi NTV, Menteri Pertahanan Turki Fikri Isik mengatakan, pembersihan di tubuh militer belum selesai dan akademi militer adalah sasaran berikutnya.
"Sekolah-sekolah militer akan ditutup. Kami akan mendirikan sebuah universitas pertahanan nasional," kata Erdogan dalam wawancara dengan A Haber.
"Angkatan bersenjata kami akan lebih kuat dengan dekrit terbaru yang sedang kami persiapkan. Para komandan akan melapor kepada menteri pertahanan," tambah Erdogan.
Berbagai perubahan ini, yang sebagian baru akan diumumkan dengan resmi pada Minggu (31/7/2016), muncul setelah lebih dari 1.700 personel militer diberhentikan dengan tidak hormat pekan ini karena terkait kudeta yang gagal.
Pasca-kudeta ini, Erdogan mengatakan, militer negeri itu membutuhkan "darah segar" sebab jumlah personel yang dipecat cukup banyak, termasuk 40 persen para jenderal dan laksamana.
Turki menuduh Fethullah Gulen berada di balik kudeta yang gagal tersebut.
Sejauh ini Pemerintah Turki sudah memecat dan menangkap 60.000 orang di tubuh militer, kehakiman, pegawai negeri, dan akademisi karena diduga terkait Gulen.
Dari 60.000 orang yang dipecat dan ditangkapi itu, sebanyak lebih dari 10.000 orang resmi berstatus tersangka dan langsung ditahan.
Negara-negara barat sekutu Turki mengecam kudeta terhadap Erdogan itu, tetapi sangat terkejut dengan skala pembersihan yang dilakukan Pemerintah Turki.