TRIBUNNEWS.COM - Sebagai reaksi atas memanasnya kondisi di perbatasan selama latihan milier AS-Korea Selatan, setiap anggota pasukan khusus Korea Utara dibekali ransel berisi nuklir (nuclear backpack).
Ransel itu, diperkirakan memiliki bobot sekitar 30 kg dan bisa menyemprotkan material radioaktif dan uranium kepada musuh.
Berdasarkan sebuah sumber anonim yang berhasil dihimpun oleh The Independent, pembekalan dengan ransel nuklir itu dimulai bersamaan dengan meningkatnya kondisi tersebut.
Pasukan khusus itu bertugas membawa senjata atau bom nuklir dan mereka telah mengambil bagian dalam latihan simulasi dengan bom tiruan.
“Tentara dipilih dari masing-masing peleton pengintai dan brigade infanteri muda untuk membentuk batalion satuan ransel nuklir,” kata sebuah sumber Provinsi Hamgyong, Korut.
Wartawan The Independent sendiri merasa kesulitan memverifikasi laporan yang diberikan kepada Radio Free Asia yang dibiayai oleh pemerintah AS itu.
Gambar dan video propaganda Pyongyang menunjukkan, barisan tentara Korut mengenakan ransel simbol dengan simbol radiasi kuning dan hitam selama parade perayaan HUT ke-70 Partai Pekerja yang berkuasa, Oktober 2015.
Ransel serupa tampak dalam prosesi yang sama pada 2013.
Laporan tersebut muncul tak lama setelah pemimpin muda Korut, Kim Jong Un, memerintahkan otoritas terkait untuk mengeksekusi dua pejabat tinggi akibat kasus korupsi dan tidur saat rapat.
Kedua petinggi itu adalah mantan Menteri Pertanian Hwang Min dan seorang pejabat senior di kementerian pendidikan, pejabat setingkat menteri, bernama Ri Yong Jin.
Eksekusi berlangsung di sebuah akademi militer di Pyongyang, ibu kota Korut, awal Agustus ini. Mereka dibunuh dengan senjata anti-pesawat.