News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Di Albania, Muslim Bantu Bangun Gereja Katolik yang Dihancurkan Komunis

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gereja St Nicolas di desa Malbardh, Albania yang dihancurkan rezim komunis pada 1960-an. Gereja itu kemudian dibangun kembali dengan gotong royong antara warga Muslim dan Katolik Albania.

TRIBUNNEWS.COM, TIRANA - Mungkin banyak yang tak pernah mendengar nama Albania, sebuah negara kecil di Semenanjung Balkan yang berbatasan antara lain dengan Yunani dan Macedonia.

Negara yang pernah menjadi bagian dari Kekalifahan Ottoman itu, selama berpuluh tahun hidup di bawah rezim komunis otoriter yang dipimpin diktator Enver Hoxha.

Di bawah pemerintahan Hoxha, warga Albania yang lebih dari separuh memeluk Islam dan sisanya beragama Katolik Roma dan Katolik Ortodoks itu mengalami penindasan dalam urusan peribadatan.

Apalagi pada 1967, Hoxha mendeklarasikan Albania sebagai negara ateis pertama di dunia.

Akibatnya semua tempat ibadah dihancurkan  atau disita negara dan para pemuka agama dikucilkan.

Salah satu yang menjadi korban adalah gereja St Nicolas yang dibangun pada abad pertengahan di Malbardh, desa dengan mayoritas penduduknya Muslim, yang terletak 60 kilometer sebelah utara ibu kota Tirana.

Gereja itu menjadi salah satu tempat ibadah yang dihancurkan rezim Enver Hoxha.

Warga desa Malbardh bahkan tak ingat lagi siapa dan kapan gereja itu dibangun.

Namun, setelah rezim komunis runtuh pada 1992, umat Muslim Malbardh mengejutkan pemerintah  setelah bersama umat Katolik setempat meminta izin untuk membangun kembali desa itu.

"Awalnya pemerintah tak menganggap permintaan kami dengan serius. Pemerintah berpikir kami hanya ingin mencari perhatian, tetapi kami bersikukuh ingin membangun kembali gereja itu," ujar Hajdar Lika, pria Muslim berusia 77 tahun.

Untuk mencapai gereja St Nicolas bukan perkara mudah.

Pengunjung harus menggunakan mobil off-road atau menunggang keledai menyusuri jalan sempit berangin di gunung yang menjulang di atas desa itu.

Dikelilingi teman-temannya yang Muslim, Nikoll Gjini (60), seorang pria penganut Katolik, terlihat bangga melihat gereja yang pernah hancur itu telah berdiri kembali.

"Tanpa bantuan saudara-saudara Muslim kami yang memberi bahan bangunan dan tenaga, kami tak mungkin membangun kembali gereja ini," ujar Nikoll.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini