TRIBUNNEWS.COM, VALLETTA - Dua pria yang membajak pesawat Airbus A320 milik maskapai penerbangan Afriqiyah Airways yang membawa 117 penumpang dan awak akhirnya menyerah.
Sebelumnya, kedua pria yang membawa senjata palsu tetapi mengaku memiliki granat itu mengalihkan rute pesawat menuju ke Malta dan mendarat di negeri pulau itu.
Saat dibajak, pesawat tersebut sedang dalam perjalanan dari Kota Sabha di wilayah selatan Libya menuju ke Tripoli.
Setelah drama selama empat jam, kedua pembajak yang akhirnya diketahui membawa senjata palsu itu akhirnya membebaskan seluruh penumpang dan awak pesawat lalu menyerahkan diri.
"Dari penyelidikan awal kasus ini menunjukkan mereka menggunakan senjata replika," demikian pernyataan pemerintah Malta.
"Operasi tetap digelar untuk memastikan pesawat bebas dari bahan peledak atau senjata berbahaya lainnya," tambah pemerintah Malta.
Perdana Menteri Malta Joseph Muscat mengatakan, kedua pembajak yang kemungkinan besar adalah warga Malta kini sudah ditahan.
Sementara itu, Menlu Libya Taher Siala mengatakan, kedua orang itu adalah pendukung mendiang diktator Moamer Khadaffy yang setelah kematiannya membuat Libya terjerumus dalam kekacauan.
Siala mengatakan, kedua orang itu adalah bagian dari kelompok yang ingin membentuk partai politik pro-Khadaffy dan berniat meminta suaka politik di Malta.
Namun, PM Muscat menegaskan, sejauh ini kedua pembajak itu belum mengeluarkan pernyataan terkait permintaan suaka politik.
Pesawat Afriqiyah Airways itu mendarat di bandara internasional Malta, Jumat (23/12/2016) siang pukul 11.34 waktu setempat.
Saat itu pesawat tersebut membawa 109 penumpang, enam kru, ditambah dua pembajak.