TRIBUNNEWS.COM -- Pesawat yang melayani rute domestik di Libya dibajak hari Jumat (23/12) dan dipaksa mendarat di Malta.
Pesawat Airbus A320 yang dioperasikan maskapai penerbangan Afriqiyah Airways ini sedianya mendarat di ibu kota Tripoli dari dari kota Sabha di Libya selatan.
Pelaku pembajakan ditahan setelah hampir semua dari 108 penumpang dan awak pesawat dibolehkan turun.
Belum diketahui jumlah pembajak yang terlibat namun diduga mereka adalah pendukung mantan pemimpin Libya, almarhum Muammar Gaddafi.
Laporan dari Malta menyebutkan bahwa salah seorang pembajak mengancam akan meledakkan pesawat dengan granat.
Saat pembajakan berlangsung salah seorang di antaranya mengibarkan bendera berwarna hijau dari era Gaddafi.
Stasiun televisi Libya yang mewawancarai pelaku mengatakan pelaku ingin mempromosikan partai baru yang pro-Gaddafi.
Pesawat tersebut meninggalkan bandara militer Tmenhant, Sabha, pada pukul 11.10 waktu setempat (15.10 WIB), mendarat di Malta dua jam dan 20 menit kemudian.
Wali Kota Sabha, Kolonel Hamed al-Khayali kepada BBC mengatakan pihaknya sudah melancarkan penyelidikan bagaimana senjata atau bahan peledak bisa masuk ke kabin pesawat.
Ia mengakui bahwa pengamanan di bandara ini memang sangat lemah. Jarak antara bangunan bandara dan pesawat sekitar 5 kilometer.
"Ini adalah ruang terbuka dan di rute inilah dimungkinkan penyelundupan ke pesawat," kata Khayali. (*)