Di luar persidangan, Chrissie menuturkan kisah perlakuan Gereja Katolik terhadap anak-anak mereka.
"Para pastor Katolik telah membuat nama Tuhan jadi jelek. Mereka ini aib. Mereka tak menyesali perbuatannya," kata Chrissie.
"Sudah begitu lama hal ini menjadi cara mereka menyembunyikan pelaku. Memindahkan tempat tugas mereka, tanpa memperdulikan anak-anak lainnya bisa menjadi korban dan mengalami nasib mengerikan ini," tambahnya.
"Mereka tidak menunjukkan belas kasihan, tidak ada penyesalan. Tidak ada sama sekali," tambah Chrissie.
Salah seorang tokoh paling senior Gereja Katolik Australia, Francis Sullivan dalam persidangan mengakui terjadinya pelecehan dan menegaskan bahwa jumlahlanya sangat mengejutkan.
"Kejadian itu tragis dan tidak dapat dibela," ujarnya.
"Setiap yang tertera dalam data ini, umumnya mewakili anak-anak yang menderita di tangan seseorang yang seharusnya merawat, dan melindungi mereka," ujar Sullivan,
Keuskupan Sydney, Perth, Brisbane, Adelaide, Melbourne, dan Canberra-Goulburn bertemu untuk memberi bukti-bukti sebagai bagian dari persidangan terbuka selama tiga pekan.
Diperkirakan pertanyaan akan berfokus pada seberapa jauh pelecehan seksual anak-anak terjadi dalam hampir tujuh dekade dan langkah yang dilakukan pemimpin gereja untuk melindungi anak-anak yang menjadi korban.
Ini merupakan persidangan terbuka yang ke-50 dari penyelidikan komisi khusus yang dijadwalkan berlangsung selama 4 tahun, sekaligus persidangan ke-16 khusus bagi Gereja Katolik.
Komisi khusus melakukan penyelidikan bagaimana berbagai lembaga di Australia termasuk sekolah, gereja, klub olahraga, dan lembaga pemerintah menanggapi laporan pelecehan seksual di lembaganya masing-masing.
Sumber : Australia Plus ABC