TRIBUNNEWS.COM, KUALALUMPUR - PARA diplomat Korea Utara (Korut) sempat meminta Polis Diraja Malaysia untuk tidak mengautopsi jenazah Kim Jong Nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang tewas dibunuh di negeri jiran itu..
Menurut laporan sejumlah media Malaysia, para pejabat Korea Utara sempat menghabiskan waktu berjam-jam untuk membujuk Malaysia agar tidak melakukan autopsi terhadap jenazah Kim Jong Nam.
Mereka juga meminta agar jenazah Kim Jong Nam langsung diserahkan saja pada pemerintah Korea Utara.
Seorang perwira polisi senior Malaysia, Abdul Samah Mat, mengatakan Malaysia menolak permintaan tersebut. Alasannya, pihak Korea Utara tidak mengajukan permohonan secara formal terkait autopsi tersebut.
Namun, jika semua penyelidikan polisi dan prosedur medis telah diselesaikan, jenazah Kim Jong Nam akan diserahkan ke Korea Utara.
"Kami akan menyerahkan jenazahnya pada keluarganya melalui Kedutaan Besar Korea Utara. Penyebab kematiannya akan dikonfirmasi oleh kepolisian, yang nantinya akan mengeluarkan pernyataan," kata Ahmad Zahid Hamidi, Jumat (17/2/2017).
Kim Jong Nam merupakan putra tertua almarhum Kim Jong Il, penguasa Korea Utara sebelum Kim Jong Um. Korban lahir dari hubungan gelap Kim Jong Il dengan seorang aktris Korea Selatan, Sung Hae Rim. Selama ini, Kim Jong Nam tinggal mengasingkan diri lantaran diusir penguasa Korea Utara.
Teman sekolah Kim Jong Nam mengungkapkan korban sebenarnya berencana menetap di Eropa karena takut terhadap keselamatan dirinya. Tahun lalu Kim Jong Nam sudah menyadari ada ancaman terhadap hidupnya.
Jong Nam pernah membuat malu ayahnya, Kim Jong Il karena mencoba masuk ke Jepang pada 2001 menggunakan paspor palsu Republik Dominika.
Yoji Gomi, seorang wartawan Jepang yang bersahabat dengan Jong Nam, menyebut Korea Utara akan runtuh tanpa adanya reformasi.
Namun reformasi akan membuat dinasti Kim runtuh. Ia menyebutkan adik tirinya, Kim Jong Un, menjadi sosok boneka yang digunakan oleh kalangan elite Korea Utara
"Saya pernah mendengar desas-desus ia seorang playboy, gila judi, tetapi dia orangnya sopan, sangat pintar, dan punya kecerdasan yang tajam," kata Gomi.
Setelah Kim Jong Un menjadi penguasa baru Korea Utara menggantikan almarhum Kim Jong Il, pada Desember 2011, Jong Nam minta Gomi menunda penerbitan bukunya. Gomi mengaku sempat bersama-sama dengan Jong Nam di Macau dan di Beijing.
Mereka bertukar email sampai 150 email. Hasilnya, jadilah sebuah buku yang diterbitkan Januari 2012 berjudul Ayah, Kim Jong Il, dan Saya-Pengakuan Kim Jong Nam. (ruth vania)