Yang menarik, hanya turis dari Rusia yang malahan bertambah antusias untuk melancong ke AS pasca travel ban (lihat tabel). Data ini tak cuma membuat maskapai pesimistis, industri perhotelan pun ketar-ketir.
Arne Sorenson, CEO Marriott International memprediksi, ada potensi penurunan signifikan di industri pariwisata AS pasca kebijakan ketat Trump.
Sejatinya, sikap galak Trump menambah beban industri turisme Amerika. Sebab, dari periode 2000-2006, rata-rata kunjungan turis ke AS turun 3% saban tahun.
Salah satu faktor penurunan ini yakni serangan teroris di 2011 yang dikenal sebagai teror 11 September. Sejak saat itu, penerbitan visa ketat. Kondisi industri turisme berpotensi kembali ke masa lesu setelah 2011," ujar Adam Sacks, analis Tourism Economics.
Dara Khosrowshahi, Kepala situs online booking Expedia mengatakan,saat ini perhotelan dan maskapai AS telah memangkas harga.
Ini dilakukan sebagai upaya untuk mendongkrak permintaan yang melesu.
Atas dasar itulah, para petinggi industri pariwisata telah meminta Trump untuk menyebarkan pesan bahwa AS membuka pintu lebar bagi pelancong asing. Cara lain, para agensi turis New York gencar memasang iklan di Inggris, Jerman, Spanyol dan Meksiko.
Tapi, tak semua turis asing anti Trump. "Ini emas sungguhan, ujar remaja Jerman yang terkagum dengan interior Trump Tower di Manhattan.
Tak cuma mempengaruhi iklim bursa finansial, naiknya Donald Trump ke kursi presiden berdampak ke seluruh sektor. Sayangnya, efek Trump terasa negatif bagi industri pariwisata.
Pemicunya, aturan travel ban, larangan membawa laptop di pesawat dan pengetatan penertiban visa. Prediksi pasar, jumlah kunjungan turis asing ke Amerika bakal susut menjadi kurang dari 2 juta di 2017.
Reporter: Dessy Rosalina