TRIBUNNEWS.COM, MANCHESTER - Setidaknya 22 orang, termasuk anak-anak, telah tewas dan 59 orang terluka dalam serangan bom bunuh diri di konser Ariana Grande di Manchester, Inggris, Senin (22/5/2017).
Jumlah ini bertambah dari awalnya diberitakan 19 orang tewas dan terluka 50 orang dalam serangan bom tersebut.
Serangan teror ini adalah yang paling mematikan di Inggris Raya dalam satu dekade terakhir.
Ledakan bom pertama kali terdengar di sekitar pukul 22.30malam pada Senin (22/5/2017) di akhir konser penyanyi Amerika Ariana Grande, pemusik yang sangat populer dengan anak-anak dan remaja.
Serangan yang terjadi di daerah lobi arena, membuat ratusan orang-orang kocar kacir melarikan diri dari pusat teror.
Bahkan mereka, orang-orang muda menjadi terpisah dari orang tua mereka akibat serangan teror mematikan itu.
Satu saksi mengatakan dia bisa melihat mur dan baut berserakan di lantai serambi setelah serangan bom itu terjadi.
Perdana Menteri Inggris, Theresa May mengatakan: "kami bekerja untuk menginformasikan dan membuat rincian lengkap tentang siapa yang sedang dirawat. Kami memikirkan para korban dan keluarga mereka."
Serangan terjadi kurang dari tiga minggu sebelum pemilihan umum di Inggris Raya yang akan digelar pada 8 Juni.
Sementara itu Menteri dalam negeri, Amber Rudd mengatakan: "ini adalah serangan barbar, sengaja menargetkan orang muda dan anak-anak di konser pop. Pikiran dan doa-doa saya untuk keluarga dan korban."
Polisi di Manchester telah mengkonfirmasi bahwa mereka percaya pelaku serangan bom adalah satu orang bersenjata dengan sebuah alat peledak di dalam tubuhnya.
Pelaku pun diyakini tewas bersama para korban serangan bom.
Kepala polisi Ian Hopkins mengatakan: "kami menyebut ini sebagai serangan teroris dan kami percaya sementara serangan serangan itu dilakukan oleh satu orang."
"Kini kami lagi prioritas menyelidiki untuk menetapkan apakah dia bertindak sendiri atau sebagai bagian dari jaringan."
"Penyerang, saya bisa mengkonfirmasikan, ia meninggal di arena. Kami percaya penyerang membawa sebuah alat peledak, yang dia ledakan, dan menyebabkan jatuhnya banyak korban."
Penyelidikan ke dalam serangan melibatkan polisi anti-terorisme dan layanan keamanan dalam negeri Inggris Raya, MI5. (The Guardian)