TRIBUNNEWS.COM, MANCHESTER - Penyanyi pop Ariana Grande memutuskan untuk pulang ke Amerika Serikat pascainsiden bom yang menyasar konsernya di Manchester.
Insiden bom bunuh diri terjadi di konser Ariana Grande, Selasa (23/5/2017), yang menewaskan 22 orang dan mencederai 59 orang.
Suara dentuman keras terdengar beberapa menit saat konser tersebut berakhir, di Manchester Arena, Manchester, Inggris.
Sejak insiden tersebut, Ariana Grande tidak muncul lagi di mata publik, sampai Rabu (24/5/2017) ini.
Ariana Grande tertangkap kamera paparazzi keluar dari pesawat pribadinya yang Rabu itu mendarat di Bandara Boca Raton, Florida, AS.
Keluarga menyambut Ariana Grande di sana, termasuk kekasihnya penyanyi rap Mac Miller.
Pelantun 'Dangerous Woman' itu tampak mengenakan baju hangat santai dan dari sorot matanya terlihat sedih.
Sebelumnya, atas kejadian mematikan itu, Ariana Grande sempat buka suara pada Selasa, meski mengaku "tak bisa berkata apa-apa".
"Sedih. Dari lubuk hati yang paling dalam, saya turut berdukacita," tulis Ariana Grande melalui akun Twitter-nya, @ArianaGrande.
"Saya tak bisa berkata apa-apa," katanya.
Juru bicara Ariana Grande, Joseph Carozza, mengatakan bahwa bintang pop tersebut secara fisik dalam keadaan "baik-baik saja".
"Kami sedang menyelidiki apa yang terjadi," demikian kata Joseph Carozza.
Namun, menurut sejumlah sumber yang tidak disebutkan identitasnya, Ariana Grande masih merasa ketakutan dan histeris atas kejadian tersebut.
Terlebih karena banyak anak dan remaja yang hadir dalam konser itu untuk menyaksikan penampilannya.
"(Ariana) sepertinya dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk tampil lagi," ucap sumber tersebut, terkait konser Ariana yang selanjutnya di negara tersebut.
Ariana Grande memang dijadwalkan akan menggelar konser di O2 Arena, London, Inggris, Jumat (26/5/2017) mendatang.
Namun, hingga sekarang belum ada pernyataan resmi soal apakah tur konsernya di Inggris atau bahkan seluruh Eropa akan dilanjutkan pascainsiden ini.
Anak-anak diketahui termasuk dalam 22 orang korban tewas akibat insiden yang dikecam Perdana Menteri Theresa May sebagai "serangan teror yang mengerikan" itu.
Hal itu memang sempat menjadi kekhawatiran besar dari insiden tersebut, sebab mayoritas penggemar bintang pop seperti Ariana Grande memang anak-anak dan remaja. (Daily Mail/Reuters)